TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Awak bus sekolah Unit Pengelola Angkutan Sekolah (UPAS) Dinas Perhubungan DKI Jakarta ikut menjadi petugas di garda terdepan penanganan pasien Covid-19.
Konsekuensi tersebut membuat mereka harus berinteraksi langsung dengan pasien Covid-19.
Mereka pun sangat beresiko terpapar Covid-19 dari pasien yang dibawanya ke rumah sakit rujukan.
Berikut sekelumit cerita dari awak bus sekolah selama bertugas mengevakuasi pasien Covid-19.
Terpapar Covid-19, Jadi Penghuni Wisma Atlet
Satu di antara awak bus UPAS yang terpapar Covid-19 yani Agus Ramlan (34).
Pengalaman terkonfirmasi Covid-19 itu dialami saat baru beberapa bulan bertugas.
Ketika itu, dia terpapar saat kasus Covid-19 mengalami tren peningkatan akhir tahun 2020.
"Saya udah pernah kena (Covid-19) pas bulan 10 (2020). Itu pas lonjakan pertama, nggak lama ibu mertua saya juga kena," ujar Agus Ramlan, Rabu (23/6/2021).
Baca juga: Jenazah Pasien Covid-19 Diangkut Pakai Truk, Perajin Peti Jenazah Kewalahan
Baca juga: Bus Sekolah Catat Rekor Evakuasi, Ambulans Antre Bawa Jenazah Pasien Covid-19 di TPU Rorotan
Padahal selama proses evakuasi pasien Covid-19, mereka memakai alat pelindung diri (APD) lengkap atau hazmat untuk melindungi diri supaya tidak terpapar virus corona.
"Untungnya saya nggak ada gejala. Habis itu saya dibawa untuk isolasi ke Wisma Atlet," ujarnya.
Agus Ramlan yang bertugas untuk pelayanan antar jemput tenaga kesehatan tidak mendapat perlakuan diskriminasi dari lingkungan tempat tinggalnya di Ciracas, Jakarta Timur.
"Alhamdulillah pak RT tempat saya tinggal istrinya perawat. Jadi tahu musti ngapain, jadi kita dapat penyuluhan lumayan bagus,” ucapnya.
Pernah Positif Covid-19, Agus Tak Takut Jalanakan Tugas Evakuasi Pasien
Meski terkonfirmasi Covid-19 dan sudah dinyatakan sembuh, Agus Ramlan sama sekali tidak takut dan kapok menjalankan tugas penuh risiko dari misi kemanusiaan tersebut.
"Saya bangga yah, kapan lagi bisa terjun di misi kemanusiaan, nggak semua orang bisa terlibat. Kebanggaan saya bisa membantu warga DKI,” katanya.
Apalagi pekerjaan tersebut mendapat dukungan dari keluarga meski pada awalnya ada pertentangan.
Namun Agus meyakinkan bahwa tugasnya ini akan menjadi sejarah.
Sukoco Bersyukur Tidak Pernah Terpapar Covid-19
Sementara itu, awak bus sekolah lainnya, Sukoco (31) mengaku tidak pernah terpapar Covid-19 selama menjalankan tugas mengevakuasi pasien.
“Alhamdulillah, belum pernah terpapar dan jangan sampai lah," ujarnya.
Sebagai petugas yang memiliki risiko tinggi, awak bus sekolah mendapat pelatihan cara memakai hazmat yang baik dan benar hingga tidak ada celah virus masuk ke tubuh.
“Pertama terjun kita dikasih pendidikan dari Dinas Kesehatan secara kilat apa itu Covid sampai gimana memakai dan pelepasan hazmat,” kata pria yang bertugas sejak awal pandemi virus corona ini.
Baca juga: RSUD Bekasi dan Cibinong Bangun Tenda Darurat, RSUD Bogor Sulap Gudang Jadi Tempat Isolasi
Menurutnya, kemungkinan terpapar virus corona sangat tinggi ketika melepas hazmat yang dipakai saat mengevakuasi pasien Covid-19 tidak sesuai urutan seharusnya.
"Ada urutannya. Kalau salah buka, disitu yang bisa kena karena kita kan ikut bantu naikin barang ke bus," ujarnya.
Pria yang baru menikah pada Desember 2020 itu berharap, pandemi Covid-19 berakhir.
Pakai APD Lengkap, Berkeringan, Tahan Haus dan Lapar Berjam-jam
Mengantisipai terpapar Covid-19, awak bus yang mengevakuasi pasien Covid-19 harus melengkapi dirinya dengan alat pelindungn diri (APD).
Mereka wajib memakai baju hazmat untuk berjam-jam lamanya.
Seorang awak bus yang menangani evakuasi pasien Covid-19, Agus Ramlan (34), mengaku, mengenakan baju hazmat tidak begitu nyaman.
Menurutnya, setelah memakan baju hazmat, Agus harus menahan lapar dan haus berjam-jam.
“Berkeringat. Tapi, mau tetap harus pakai baju hazmat,” ungkap Agus, Rabu (23/6/2021).
Sejak dari lokasi penjemputan pasien yang terpapar Covid-19 hingga ke rumah sakit rujukan, tubuh Agus harus terlindungi.
“Kalau dibilang nggak nyaman, ya nggak nyaman. Apalagi saat berkendara kan perlu konsentrasi, fokus. Stamina juga harus fit,” ucap Agus.
Namun, Agus mengakui, kerap kali ia kehilangan konsentrasi.
“Pandangan menjadi terbatas. Ditambah kondisi tubuh yang dehidrasi. Agak repot,” ujar Agus.
Selama proses evakuasi, selama itu pula Agus mengenakan baju hazmat.
Apalagi dengan kondisi saat ini kasus Covid-19 terus meningkat.
“Saya paling lama pakai hazmat, dari jam 11 siang sampai tujuh malam. Jadi, evakuasi di titik. Satu titik tiga kali jemput tanpa lepas hazmat,” ujarnya.
Padahal sebelum kasus Covid-19 di DKI Jakarta melonjak, paling lama Agus memakai baju hazmat tidak lebih dari lima jam.
“Penjemputan pasien Covid-19 juga tidak lebih dari dua titik,” ujar Agus.
Meski demikian, situasi itu harus dijalani Agus untuk melindungi diri.
Awak bus sekolah lainnya, Sukoco (31) mengakui hal serupa.
Sukoco juga awalnya merasa tidak nyaman saat memakai hazmat.
Bahkan, Sukoco pernah mengalami dehidrasi saat mengevakuasi pasien Covid-19 ke Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Pusat.
Terik panas matahari ditambah tubuh dibalut baju hazmat, Sukoco pun mengalami dehidrasi berat.
“Kejadiannya beberapa bulan lalu. Waktu itu lagi nunggu antrean di Wisma Atlet. Cuasa lagi panas banget, pake hazmat pula. Saat itu saya sudah empat jam pakai hazmat. Saat itu saya mengalami dehidrasi,” ungkapnya.
Akhirnya Sukoco menuju lokasi yang jauh dari tempat evakuasi pasien Covid-19.
“Saya nggak kuat. Mata berkunang-kunang. Rasanya karena kurang asupan oksigen ke otak,” ujarnya.
Di lokasi yang agak jauh, Sukoco membuka baju hazmat dan isirahat.
“Sudah nggak mikir panjang, copot hazmat, rebahan. Saya tidurannya di lapangan rumput, menjauh dari Tower 6 Wisma Atlet,” ujarnya.
Setelah kondisi mulai pulih, Sukoco pun kembali beraktivitas.
Sejak Awal Pandemi Covid-19, Total 61 Awak Bus Sekolah UPAS Dishub DKI Jakarta Terpapar Virus Corona
Sejak awal pandemi Covid-19, ditotal ada sebanyak 61 awak bus terpapar virus corona.
Diketahui, tugas para awak bus sekolah Unit Pengelola Angkutan Sekolah (UPAS) Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta ini yakni mengevakuasi pasien Covid-19.
Sehingga, para awak bus sekolah membuat mereka rawan terpapar Covid-19.
Hal itu dibenarkan Kepala UPAS Dishub DKI Jakarta, Ali Murthado.
Baca juga: Merasa Sudah Sehat, Pasien Covid-19 Kabur dari RS Syuhada Haji Blitar, Sembunyi di Rumah Saudaranya
Ia mengatakan sejak awal pandemi bulan Maret 2020 hingga sekarang, ada puluhan anak buahnya terkonfirmasi Covid-19.
“Total sudah 61 yang terpapar dan 1 meninggal dunia pas awal awal pandemi,” ungkap Ali, Rabu (23/6/2021).
Pada awal-awal pandemi sekitar 24 orang awak bus terpapar Covid-19.
Sementara peningkatan signifikan terjadi saat awal tahun 2021 dimana banyak awak bus terkonfirmasi Covid-19.
“Memasuki Januari 2021, satu bulan saja ada 25. Jadi total 49 dan sekarang sudah 61,” katanya.
UPAS Dinas Perhubungan DKI Jakarta memiliki kekuatan sebanyak 90 orang.
Jumlah itu sudah ditambah dari sebelumnya 54 orang seiring peningkatan jumlah kasus Covid-19.
“Mereka ini siaga selama 24 jam untuk permintaan evakuasi pasien ke RS rujukan,” ungkapnya.
Diketahui, jumlah pasien Virus Corona (Covid-19) di Indonesia bertambah 15.308 orang, per Rabu (23/6/2021).
Sehingga, hari ini total ada 2.033.421 kasus positif. Hal itu seperti dikutip Wartakotalive dari laman covid19.go.id.
Sementara, jumlah pasien sembuh bertambah 7.167 orang, sehingga total pasien sembuh ada 1.817.303 orang.
Sedangkan pasien yang meninggal bertambah 303 orang, sehingga total ada 55.59 pasien Covid-19 yang meninggal. (tribun network/thf/Wartakotalive.com)