Sedangkan sejak Maret 2020 lalu, awal pandemi Covid-19, hingga saat ini, sudah ada 1.016 jenazah yang dimakamkan di TPU Jombang.
"Kewalahan sih cuma tenaga saja, lembur. Kemarin tuh sampai 12 malam," ujarnya sambil tersenyum.
Bukan hanya jam kerja yang sampai larut, keringatnya pun mengalir lebih deras.
Setiap penjemputan jenazah, Muwardi harus berbalut APD lengkap, dari hazmat, masker, hingga sarung tangan.
"Saya pakai APD, kalau jemput pasti pakai. Kalau lima kali jemput lima kali salin, ya gerah juga sih," kata dia.
Jika seseorang pada profesi lain selalu bisa menyebut faktor menyenangkan kala bekerja, Muwardi tidak.
Pekerjaan yang lebih seperti panggilan jiwanya itu tak bisa disebut suka.
Menjemput jenazah dari keluarga yang ditinggalkan menuju pemakaman, hanya membawa Muwardi dari duka ke duka.
Mantan sopir truk ekspedisi itu selalu teringat keluarganya kala menjemput jenazah korban Covid-19.
Ia tidak habis pikir jika keluarganya direnggut sang virus ganas hingga tak pernah bisa kembali.
"Saya juga merasa sedih juga, bagaimana kalau terjadi di keluarga kita," ujar Muwardi.
Ia menengadahkan kepalanya. Muwardi menceritakan momen haru yang membobol tembok ketegarannya.
Kala itu adalah ketika Muwardi menjemput jenazah yang meninggal karena Covid-19.
Baca juga: MUI Sarankan Pemakaman Massal Bagi Jenazah Korban Covid-19 di Jakarta
Namun keluarga almarhum yang sedang isolasi di tempat berbeda tidak diberi tahu kabar duka tersebut karena khawatir akan membuat syok sehingga menurunkan imun tubuh.