Gangguan Suplai
Direktur Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Oke Nurwan, menjelaskan faktor kenaikan harga kedelai dunia. Ia menilai kondisi kedelai saat ini terjadi karena gangguan suplai.
"Saya melihat di Brazil terjadi penurunan produksi kedelai. Awalnya diprediksi mampu memproduksi 140 juta ton pada Januari, menurun menjadi 125 juta ton. Penurunan produksi ini berdampak pada kenaikan harga kedelai dunia," ujar Oke.
Faktor lainnya yakni lonjakan inflasi di Amerika Serikat (AS) yang mencapai 7 persen.
Kenaikan biaya sewa lahan dan ketidakpastian cuaca di negara produsen kedelai turut mendorong petani kedelai di AS menaikkan harga.
"Dari data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai pada minggu pertama Februari 2022 mencapai 15,77 dollar AS per bushel atau sekitar Rp 11.240 per kilogram (kg) kalau di tingkat importir dalam negeri," kata Oke. Diprediksi harga kedelai akan terus naik hingga bulan Mei 2022 yang bisa mencapai 15,79 dollar AS per bushel. Penurunan harga baru akan terjadi pada Juli 2022 ke angka 15,74 dollar AS per bushel di tingkat importir.
Oke kembali menegaskan kenaikan harga kedelai dunia akan memengaruhi harga kedelai di tingkat perajin tahu dan tempe di dalam negeri.
"Hal ini akan mempengaruhi ujungnya adalah harga produk turunan dari kedelai, yang utama di sini adalah harga tempe dan tahu," ujar Oke.
Baca juga: Polemik Formula E Tak Pernah Habis, Kali Ini Soal Penjualan Tiket Tapi Sirkuit Belum Ada
Stok kedelai diimportir saat ini sekitar 140.000 ton pada Februari dan akan masuk lagi 160.000 ton.
Oke mengatakan pemerintah tetap menjaga ketersediaan kedelai walaupun harganya tengah melonjak.
"Kami paham kedelai ini menjadi salah satu barang pokok yang menjadi kebutuhan utama masyarakat Indonesia dikaitkan dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang mengonsumsi tahu dan tempe," kata Oke. (Tribun Network/nas/sen/wly)