"Saya menjualnya per biji, ada yang Rp 6.000, Rp 12.000 dan Rp 4.000," sambungnya.
Rencananya, usai melakukan aksi mogok produksi, Suprapto akan kembali membuat tempe pada Kamis (24/2). Apabila pada saat itu harga kedelai masih tinggi, ia akan menaikkan harga tempe yang ia buat.
"Karena kalau tidak dinaikkin kami gak kebeli kacang kedelai. Untuk harga loncatan itu tidak terjangkau kalau cuma mengurangi takaran. Harus menaikkan harga," ujar Suprapto.
Harga tempe yang dia buat akan dinaikkan Rp. 1000 per buah. "Naik rata-rata hampir Rp 1000. Rp 4.000 menjadi Rp 5000, yang Rp 12.000 menjadi Rp 13.000 dan yang Rp 5000 ke Rp 6000," ujarnya.
Suprapto berharap Pemerintah ikut membantu menyelesaikan harga kacang kedelai agar lebih stabil.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Rasjani (49). Ketua Umum Paguyuban Pengrajin Tempe Dadi Rukun ini berharap bentuk protes ini bisa direspons oleh pemerintah.
"Harapan kami bersama kawan-kawan tukang tempe pemerintah mendengarkan kami, menstabilkan harga kedelai, itulah harapan satu-satunya kami kepada pemerintah," kata Rasjani.
Pria asal Pemalang, Jawa Tengah ini menambahkan, jika aksi mogok ini tidak ditanggapi oleh pemerintah, mereka akan kembali melakukan aksi mogok produksi.
"Kami menekan kepada pemerintah untuk mendengarkan suara kami. Itu yang kami upayakan," pungkas Rasjani.
Melansir laporan terbaru dari Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan (Kemendag) per tanggal 18 Februari lalu, harga kacang kedelai di Kota Depok menyentuh harga Rp 15.500 per kilo.