Keterbatasan diri tak membuat kinerja Risma ikut-ikutan terbatas.
Malahan ia tak malu bersaing dengan orang-orang normal untuk memberikan kinerja terbaik bagi kantor kelurahan.
Diceritakan Rusmin, setiap hari Risma selalu datang tepat waktu, bahkan lebih dahulu daripada pegawai-pegawai lainnya.
Tapi, Risma selalu pulang belakangan. Wanita 23 tahun itu seringkali belum mau pulang apabila masih ada ASN yang beraktivitas di kantor kelurahan.
"Mbak Risma itu semangat kerjanya tinggi. Dia pagi-pagi sudah datang, jam 7 sudah datang dan pulang pun telat. Jam 5, setengah 5, kadang-kadang sampai magrib. Beliau sudah menunjukkan kerja yang baik," ucap Rusmin.
Perjalanan Jadi Pasukan Oranye
Risma kini bisa bekerja sebagai seorang petugas PPSU setelah menyelesaikan pendidikan di SLB Negeri 04 Jakarta Utara.
Ia mengenyam pendidikan di sana selama sekitar 13 tahun, dari masih usia 7 sampai 20 tahun.
Ibunda Risma, Chaterina Rugiyem bercerita, anak tercintanya itu masuk SLB setelah bertahun-tahun lalu dinyatakan mengalami masalah pada pendengaran dan kemampuan berbicaranya.
Risma kecil, kata Chaterina, beberapa kali mengalami kecelakaan.
Tubuh mungil Risma pada usia sekitar 1 tahun sering terjatuh saat dirinya masih dimomong sang nenek di kampung, Cilacap, Jawa Tengah.
Chaterina awalnya menganggap tak ada masalah serius terkait kondisi kesehatan Risma.
Namun, ia memerhatikan hal-hal detil dari gerak gerik Risma saat masih bayi.
Misalnya ketika ada petir, Risma sama sekali tak merespons baik dari gesturnya maupun dari tangisannya.