Tak hanya ke orang nomor satu di Kepolisian Indonesia, surat yang sama pun ia kirimkan kepada Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas).
"Awal Maret ini (2022) kami kirim surat ke Kapolri hingga Kompolnas," ungkapnya.
Hasil serupa kembali menghampiri usaha Mardoto dalam upayanya mencari keadilan.
Hingga kini dirinya mengaku tidak ada respon dari surat yang telah ia layangkan.
"Belum ada jawaban mas sampai saat ini, mungkin dari teman media bisa cari juga informasinya," bebernya.
Lebih lanjut, Susmardoto juga menyayangkan respon dari pihak Universitas Indonesia terkait kematian anaknya.
Bahkan, ia menyebut bahwa pihak kampus cenderung tertutup dari keterbukaan informasi sejak kasus ini dimulai.
"Sejak awal sudah tidak merespon dengan baik artinya cenderung menutup, artinya tidak pernah kontak dengan kampus," ucap Susmardoto.
"Ya sejak satu hari dua hari pasca kejadiaan masih kontak-kontakan karena berkaitan dengan administrasi, setelah itu sudah tidak ada lagi (komunikasi)," timpalnya.
Susmardoto mengatakan, saat ini ia dan keluarga menggalang petisi daring untuk mendorong pihak kepolisian membongkar kasus kematian Akseyna.
Bahkan, ia berujar petisi tersebut kini sudah ditandatangani oleh lebih dari 100 ribu warganet.
"Kami sampai saat ini masih terus mencari keadilan, dan berharap polisi dapat mengingkap pelakunya. Tahun ini juga kami dibantu waganet buat petisi untuk neneruskan kasus ini agar bisa dituntaskan, dan sudah ada 104 ribu orang lebih yang tandatangani petisi ini," paparnya.
Terakhir, Susmardoto mengatakan ia dan keluarganya akan berziarah ke tempat peristirahatan terakhir Akseyna pada sore ini, untuk memanjatkan doa di hari kematian almarhum.
"Kami nanti sore kami mau ziarah ke makam Ace, sekeluarga, untuk mendoakan dan juga menjelang bulan puasa," pungkasnya.