Anak pertama Witri baru saja lulus tapi ia masih ada dua anak lainnya yang harus ia tanggung biayanya.
“Anak aku yang pertama lulus tahun ini. Anak aku yang kedua baru masuk SMA, biaya masuknya 780 ribu. Biaya per bulannya 275 ribu,” lanjut Witri.
Jarak Witri dengan Istana Negara Presiden hanya berjumlah ratusan langkah kaki.
Ia bersama rombongan massa yang menyuarakan penolakan kenaikan tarif BBM hanya dibatasi hingga di Kawasan Patung Kuda, Monas.
Namun, harapan Witri tetap besar agar tuntutan untuk kenaikkan tarif BBM dibatalkan dapat didengar dan dikabulkan oleh Presiden Joko Widodo.
“BBM naik mencekik sekali, aku sudah tua juga masih ikut aksi. Harapannya jelas, yang menjadi tuntutan kami diterima, itu saja,” pinta Witri.
Witri bersama massa buruh yang berdemo terabung dalam Gerakan Buruh Bersama Rakyat (Gebrak) dan Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KASBI).
Selain mendesak pemerintah membatalkan kenaikan tarif BBM, elemen buruh ini juga membawa tuntutan lain, yaitu meminta pemerintah menurunkan harga bahan pokok dan mencambut Omnimbus Law Undang-Undang Cipta Kerja.