TRIBUNNEWS.COM - Pihak kepolisian mengungkapkan temuan baru terkait kasus satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat, yang ditemukan tewas.
Sebagai informasi, pasangan suami istri Rudyanto Gunawan (71) dan Reni Margaretha (66); adik Rudyanto, Budiyanto (68); dan anak pasutri, Dian Febbyana (42); ditemukan sudah tidak bernyawa pada Kamis (10/11/2022), setelah adanya laporan bau busuk pada Ketua RT setempat.
Saat ditemukan, jasad Rudyanto dalam posisi tertidur di atas kasur di kamar belakang.
Sementara, jasad Reni ditemukan dalam posisi serupa di kamar depan.
Jasad Dian juga ditemukan di kamar depan, tetapi letaknya di lantai.
Terakhir, jasad Budiyanto ditemukan dalam posisi telentang di sofa ruang tamu.
Baca juga: Ada Tumpukan Sampah di Rumah Keluarga di Kalideres, Diduga Sengaja Menutup Diri dari Tetangga
Berikut ini temuan-temuan baru terkait tewasnya satu keluarga di Kalideres:
1. Ponsel milik bersama
Ditrikrimum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi, mengungkapkan ada dua ponsel milik keluarga di Kalideres yang tewas, yang telah ditemukan.
Dua ponsel tersebut dipakai keempat anggota keluarga secara bersama-sama.
Ada aplikasi PeduliLindungi atas nama masing-masing dua orang dalam ponsel yang ditemukan.
"Satu HP digunakan oleh masing-masing dua orang, dan kami lihat di sini ternyata ada aplikasi PeduliLindungi atas nama masing-masing dua orang," ungkap Hengki saat konferensi pers, Senin (21/11/2022), dikutip dari Kompas.com.
2. Riwayat pesan di ponsel korban
Dari ponsel tersebut, polisi juga menemukan riwayat pesan.
Hengki Haryadi menyebut, kalimat-kalimat yang ada di riwayat perpesanan rapi dan diselipi bahasa Inggris.
Baca juga: Jasad Satu Keluarga Tewas di Kalideres Sudah Mengalami Mumifikasi
"Kata-katanya sangat rapi, terlihat berpendidikan, ada Bahasa Inggris di sela-sela tulisan tersebut," katanya kepada wartawan.
Diduga, yang menulis pesan-pesan tersebut adalah seorang perempuan.
Kendati demikian, Hengki mengatakan hal tersebut masih didalami oleh psikologi forensik.
Pasalnya, ponsel tersebut digunakan oleh satu keluarga bersama-sama.
Dari pemeriksaan ponsel milik korban, kata Hengki, tak menemukan adanya percakapan soal utang.
"Enggak ada di sana mengenai utang," ujarnya.
Tak hanya itu, Hengki mengungkapkan ponsel milik satu keluarga di Kalideres banyak berisikan pesan-pesan negatif.
Pesan tersebut, kata Hengki, hanya terjadi satu arah dari ponsel pertama ke ponsel kedua.
"Jadi banyak sekali kata-kata berisi tentang emosi yang bersifat negatif, yang saat ini sedang didalami oleh pihak psikologi forensik," ujar Hengki.
Baca juga: Fakta Baru Kasus Kematian Satu Kelurga di Kalideres: Sang Ibu Sudah Tewas Sejak Mei
3. Rumah hendak dijual, tapi tak kunjung laku
Keluarga di Kalideres yang ditemukan tewas, ternyata sempat akan menjual rumah mereka lewat seorang mediator, tapi tak kunjung laku.
Karena itu, mereka pun memilih menggadaikan sertifikat rumah.
Hal ini diketahui pihak kepolisian dari keterangan pegawai koperasi yang sempat datang ke rumah keluarga Rudyanto Gunawan pada 13 Mei 2022 lalu, bersama seorang mediator.
Pegawai koperasi itu datang ke rumah keluarga Rudyanto untuk melakukan survei.
"Karena waktu itu sempat putus asa tidak ketemu siapa pembeli rumahnya, karena akan dijual seharga Rp1,2 miliar akhirnya dikembalikan sertifikat itu kepada almarhum Budiyanto ini. Tetapi ditolak. Suruh pegang aja," urai Hengki Haryadi.
4. Sang ibu, Reni Margaretha, sudah meninggal sejak Mei 2022
Satu dari tiga jenazah di Kalideres yang ditemukan tewas, Reni Margaretha, sudah meninggal sejak Mei 2022.
Fakta ini terungkap dari kesaksian seorang pegawai koperasi yang sempat berkunjung untuk men-survei rumah Reni.
Pegawai koperasi tersebut datang bersama mediator jual beli rumah yang kerap berkomunikasi dengan sang paman, Budiyanto.
Baca juga: Meski Sudah Jadi Mayat, Anak Keluarga Tewas di Kalideres Masih Kasih Susu hingga Sisiri Rambut Ibu
Ketika tiba di rumah korban, mereka mencium bau busuk.
"Saat ditanya, Budyanto menjawab bahwa got lupa dibersihkan," ucap Hengki Haryadi.
Setelahnya, mereka masuk ke dalam rumah dan bertanya soal sertifikat rumah yang diketahui atas nama Reni Margaretha.
Kedua saksi tersebut lalu meminta dipertemukan langsung dengan Reni yang saat itu disebut Budiyanto sedang tertidur di dalam kamar.
Ketika pintu kamar dibuka, bau busuk tercium semakin tajam.
Namun, sang anak, Dian Febbyana, melarang lampu dihidupkan karena Reni sensitif terhadap cahaya.
"Diantar masuk ke dalam kamar begitu pintu kamar dibuka menyeruak bau lebih busuk lagi. Dian (anak Margaretha) bilang si ibu sedang tidur dan minta lampu jangan dihidupkan karena 'ibu saya sensitif terhadap cahaya' kata Dian," terang Hengki.
Tanpa sepengetahuan Dian, pegawai koperasi menyalakan flash ponsel dan melihat Reni sudah terbujur kaku.
Ia pun kaget dan berteriak mengucapkan kalimat takbir.
"Yang bersangkutan langsung teriak takbir Allahu Akbar, ini sudah jadi mayat," jelasnya.
Berdasarkan keterangan saksi ini, kata Hengki, pihaknya menarik kesimpulan bahwa ada satu korban yang sudah meninggal pada bulan Mei.
"Kita bisa menarik kesimpulan bahwa ada yang meninggal sejak bulan Mei diduga ini adalah atas nama Reni," kata Hengki.
5. Dian masih rawat ibunya meski sudah meninggal
Dian Febbyana diketahui masih menyisiri rambut Reni Margaretha meski sang ibu sudah meninggal.
Bahkan, ia juga memberi susu untuk sang ibu.
Hal ini diketahui dari kesaksian pegawai koperasi yang pernah datang ke rumah keluarga di Kalideres pada Mei 2022 lalu.
Kala itu, ia yang kaget tahu Reni sudah meninggal, memberi tahu kepada Dian.
Tetapi, oleh Dian dijawab bahwa sang ibu masih hidup dan masih diberi susu setiap hari.
"Saat pegawai koperasi di dalam kamar menyampaikan bahwa ibunya sudah jadi mayat, Dian jawab ibu saya masih hidup, tiap hari saya berikan minum susu, sambil disisir dan rambutnya rontok semua," terang Hengki Haryadi.
Selain Reni, Dian, dan Budiyanto, Hengki mengungkapkan kedua saksi mata tak melihat keberadaan Rudyanto Gunawan saat itu.
6. Saksi mata diminta tak lapor
Pegawai koperasi dan mediator yang datang ke rumah sekeluarga di Kalideres pada Mei 2022 lalu, sempat diminta Budiyanyo untuk tak melapor ke ketua RT setempat ataupun polisi terkait kondisi Reni Margaretha yang sudah meninggal.
Menurut saksi mata, pesan tersebut disampaikan Budiyanto kepadanya saat ia berlari ketakutan seusai melihat jasad Reni terbujur kaku di dalam kamar.
"Pada saat keluar ketemu saksi yang lain, sudah kami ambil keterangan juga menyatakan yang sama bahwa sempat teriak Allahu Akbar dan salah satu saksi ini dikejar oleh Budiyanto."
"'Tolong Pak jangan sampai dilaporkan ke polisi, jangan dilaporkan pihak RT ataupun warga sini'. Dan ternyata tidak dilaporkan," terang Hengki Haryadi, dikutip dari TribunJakarta.com.
Hal tersebut, kata Hengki, sangat disesalkan pihak kepolisian.
Menurutnya, kejadian serupa seharusnya wajib dilaporkan ke polisi.
"Ini yang kami sesalkan, seharusnya kita semua sebagai warga masyarakat tidak boleh permisif, kejadian seperti ini agar dilaporkan saja," tegas Hengki.
7. Jasad sudah mengalami mumifikasi
Jasad satu keluarga di Kalideres yang ditemukan tewas, sudah mengalami mumifikasi.
Hal tersebut, kata Hengki Haryadi, tengah diteliti oleh tim forensik.
"Ini sedang kami teliti oleh forensik yang sudah meninggal dan terjadi mumifikasi," ungkapnya.
8. Barang-barang elektronik sudah dijual
Sejumlah barang milik sekeluarga di Kalideres yang ditemukan tewas, sudah dijual satu per satu.
Barang-barang tersebut adalah mobil, motor, AC, kulkas, blender, dan TV.
"Dari salah satu penghuni (korban), ternyata yang bersangkutan ini pernah menghubungi salah satu nomor. Ini berkaitan dengan penjualan barang-barang yang ada di dalam rumah," ujar Hengki.
"Barang-barang itu, yakni mobil, kendaraan (roda dua), kemudian AC, kulkas, blender, dan TV," lanjutnya.
Hengki memastikan, penyidiknya telah menemukan pihak-pihak yang membeli barang-barang tersebut.
Bahkan, penyidik memiliki bukti transaksi perdagangan tersebut.
"Kami sudah dapatkan siapa yang membeli, berapa duit dijualnya, dan sebagainya," katanya.
Penemuan bukti transaksi ini menjadi bukti penguat bahwa tidak ada praktik pencurian atau penggelapan atas barang-barang korban.
Dengan demikian, penyidik bisa melanjutkan proses penyelidikan ke dugaan motif lain tewasnya satu keluarga itu di luar dugaan pencurian atau penggelapan barang.
"Jadi, praduga awal yang menyatakan ada pencurian mobil, terus barang-barang yang ada di rumah, sementara bisa kami patahkan," tandas Hengki.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Ashri Fadilla/Abdi Ryanda Shakti, TribunJakarta.com/Annas Furqon Hakim, Kompas.com/Tria Sutrisna)