TRIBUNNEWS.COM - Polisi belum dapat mengungkap motif satu keluarga tewas di Citra Garden Satu Extention Blok AC 5 No 7, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (10/11/2022) sore.
Diketahui dalam rumah tersebut ditemukan empat jenazah dengan identitas bapak bernama Rudyanto Gunawan (71), anak bernama Dian (42), ibu bernama Reni Margaretha Gunawan (66), dan paman bernama Budiyanto Gunawan (68).
Dalam proses penyelidikan terakhir muncul dugaan keempatnya meninggal karena mengikuti aliran atau sekte tertentu.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi mengatakan motif sekte ini diperkuat dengan sejumlah barang bukti di tempat kejadian perkara (TKP).
"Ditemukan juga buku-buku lintas agama, serta mantra, dan kemenyan," ujarnya dikutip dari TribunJakarta.com.
Baca juga: Satu Keluarga yang Tewas di Kalideres Diduga Mengalami Desperate Death, Apa Itu?
Kepercayaan yang dianut oleh keluarga ini disebut-sebut dapat menjadikan kondisi tubuh menjadi lebih baik.
Menurutnya keempat anggota keluarga melakukan ritual untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
"Hal ini mengakibatkan ada suatu kepercayaan dalam keluarga tersebut bahwa upaya untuk membuat kondisi lebih baik atau mengatasi masalah yang terjadi dalam keluarga, dilakukan melalui ritual tertentu," terangnya.
Dari hasil pemeriksaan sementara diduga, salah satu anggota keluarga yaitu Budyanto sebagai orang yang paling aktif mengikuti ritual aliran tertentu.
Budyanto mengenalkan dan mengajak ketiga anggota keluarga lain untuk mengikuti ritual dan meyakini suatu aliran.
Hal ini terungkap dari temuan Tim Asosiasi Psikologi yang meminta keterangan beberapa saksi dan mencocokkan dengan sebuah ritual.
"Ada kecenderungan salah satu keluarga yang dominan yang mengarah kepada almarhum Budianto."
"Bahwa yang bersangkutan (Budyanto Gunawan) memiliki sikap positif terhadap aktivitas ritual tertentu," jelasnya.
Namun terkait jenis kepercayaan yang dianut, Hengki belum dapat menjawabnya.
Sementara itu, Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel mengatakan dugaan motif sekte bisa saja benar karena keluarga ini termotivasi untuk bunuh diri dengan menjalankan suatu nilai keyakinan.
Ia menjelaskan jika keluarga di Kalideres ada kemungkinan terganggu kesehatan mentalnya karena pandemi dan mencari aliran keyakinan yang dapat membuat tenang.
Baca juga: Kronologi Urutan Tewasnya Satu Keluarga di Kalideres, Sang Anak Meninggal Paling Akhir
"Beberapa waktu lalu saya berspekulasi, tidak tertutup kemungkinan penyebab kematian keluarga tersebut adalah bunuh diri yang termotivasi oleh nilai spiritualitas tertentu."
"Mereka secara terencana ingin rest in peace. Meninggal dengan cara damai. Damai menurut mereka, tentunya," jelasnya dikutip dari Wartakotalive.com.
Reza Indragiri juga menyoroti waktu kematian keempat anggota keluarga ini tidak bersamaan.
Ia menduga anggota keluarga termuda ditugaskan meninggal paling terakhir dan menutup akses makanan ke rumah.
"Dengan situasi sedemikian rupa, kejadian di Kalideres dapat dipahami sebagai peristiwa bunuh diri yang disertai peristiwa pidana sebagaimana pasal 345 KUHP."
"Namun karena Indonesia tidak mengenal posthumous trial (persidangan pelaku kejahatan yang sudah meninggal-Red), maka Ditreskrimum Polda Metro Jaya (PMJ) dapat menyatakan kasus ditutup," terangnya.
Baca juga: Polisi akan Minta Ahli Sosiologi Agama Analisa Tulisan Mantra di TKP Penemuan 4 Mayat di Kalideres
Menurutnya kemunculan sekte baru ketika masa pandemi banyak terjadi di negara barat.
"Di Perancis saja ada lima ratusan sekte baru. Dan Pemerintah sampai mengalokasikan dana hingga 1 juta Euro guna meningkatkan pengawasan terhadap sekte-sekte yang dikhawatirkan membahayakan masyarakat tersebut," pungkasnya.
Dua korban meninggal sejak Mei 2022
Kombes Hengki Haryadi, mengungkap jika dua korban yakni Rudiyanto Gunawan dan Reni Margaretha Gunawan sudah meninggal sejak Mei 2022.
Dari keterangan para saksi juga ditemukan fakta jika Budiyanto dan Dian tinggal di dalam rumah tersebut dengan dua jenazah selama berbulan-bulan.
Hengki Haryadi juga mengatakan keanehan sikap Dian selama masih hidup dan tinggal di rumah bersama dua jenazah.
Dari keterangan saksi terungkap Dian sering menangis ketika keluar rumah.
“Dia keluar sambil nangis jadi foto-fotonya ada, posisi dia sambil nangis,” ujarnya pada Senin (21/11/2022) dikutip dari Wartakotalive.com.
Ia menjelaskan kasus ini mendapat titik terang setelah ada kesaksian dari salah satu saksi yang merupakan mediator jual beli rumah.
Baca juga: Polisi Sebut Kecil Kemungkinan Tewasnya Satu Keluarga di Kalideres Akibat Tindak Pidana
Saksi tersebut bernama Budiyanto yang sempat mendatangi rumah para korban keluarga kalideres.
"Dua mediator, satu dari petugas atau pegawai koperasi simpan pinjam ini datang dan masuk ke rumah yang menjadi Tempat Kejadian Perkara (TKP) ini," jelasnya pada Senin (21/11/22022) dikutip dari Wartakotalive.com.
Budiyanto dan dua saksi lain datang ke rumahnya untuk proses menggadaikan rumah pada Mei 2022 lalu.
Ketika masuk ke rumah dan mereka mulai mencium bau busuk.
Para saksi ingin bertemu dengan Reni Margareta yang namanya tertulis sebagai pemilik rumah.
Namun, saat itu mereka ditemui oleh anak Reni Margareta bernama Dian.
Dian mengatakan jika ibunya sedang tidur di kamar.
"Kemudian pegawai koperasi simpan pinjam ini mengajak agar diantarkan masuk ke dalam kamar, begitu pintu kamar dibuka, pegawai tersebut masuk dan menyeruak bau yang lebih busuk," jelasnya.
Para saksi curiga jika sosok yang di depan mereka sudah meninggal karena tubuhnya agak menggemuk.
"Pegawai koperasi simpan pinjam ini menghidupkan flash HP-nya, begitu dilihat langsung yang bersangkutan teriak takbir Allahu Akbar, ini sudah mayat," imbuhnya.
(Tribunnews.com/Mohay) (Wartakotalive.com/Budi Sam Law/Nuri Yatul Hikmah/Desy Selviany) (TribunJakarta/Siti Namiroh)