News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Berita Viral

Nasib 2 Adik Viky, Siswa SMA Jalan Kaki 16 Km ke Sekolah: Putus Sekolah karena Tak Bisa Bayar SPP

Penulis: Rifqah
Editor: Sri Juliati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Viral sosok Viky, siswa SMA yang harus berjalan 16 kilometer untuk pergi dan pulang ke sekolahnya. Ia mengaku telah berjalan kaki selama dua tahun lamanya - Nasib kedua adik Viky, siswa SMA yang pingsan karena kelelahan berjalan kaki 16 KM demi sekolah, harus putus sekolah karena nunggak bayar SPP.

"Soalnya emang saya belum bisa bayar, takutnya kan pihak sekolah pasti nanya, kan saya belum bisa kasih apa apa," kata Ibunda Viky.

Keluarga Viky Didatangi Kemensos

Setelah disambangi Kemensos, keluarga Viky ditanyatakan tak masuk ke kategori miskin alias kurang mampu setelah melihat isi rumahnya. Emang ada apa ya? - Nasib kedua adik Viky, siswa SMA yang pingsan karena kelelahan berjalan kaki 16 KM demi sekolah, harus putus sekolah karena nunggak bayar SPP.

Kisah Viky yang viral di media sosial itu pun sampai menyedot perhatian Wakil Wali Kota Tangsel, Pilar Saga Ichsan hingga Kementerian Sosial.

Diketahui, perwakilan dari Kementerian Sosial (Kemensos) mendatangi keluarga Viky.

Setelah dikujungi tersebut, keluarga Viky dinyatakan tidak masuk dalam kategori miskin alias kurang mampu setelah melihat isi rumah Viky yang masih memiliki barang serupa kulkas hingga televisi.

Dikutip dari TribunJakarta.com, hal tersebut diketahui dari seorang tokoh lingkungan di kawasan Cipayung, Ciputat, Tangerang Selatan (Tangsel).

Baca juga: Orang Tua Viky Kaget Anaknya Jalan Kaki 16 Km ke Sekolah, padahal Diberi Ongkos Naik Angkot

"Kemarin dari Kemensos juga sudah hadir melihat kondisi rumah seperti itu, ada televisi, kulkas, jadi tidak masuk kategori miskin," kata tokoh lingkungan setempat.

Namun, saat ini, keluarga Viky mengaku sedang kesulitan ekonomi.

Hal tersebut disampaikan langsung oleh keluarga Viky dihadapan lurah dan camat setempat.

"Mereka mengakui gengsi dan sedang kesulitan ekonomi, ngomong depan saya, camat, lurah, keluarganya yang ngomong, orang tuanya," ungkapnya.

(Tribunnews.com/Rifqah) (TribunJakrta.com/Siti Nawairoh/Rr Dewi Kartika H)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini