"Tapi akhirnya dijual semua ke hotel sama jalannya, saya nggak tahu," kisahnya.
Meski demikian, Ngadenin mengaku hingga saat ini pihak hotel tak pernah menawarkan solusi terkait akses jalan yang ditutup.
Bahkan, ia sempat diejek saat menanyakan akses jalan untuk masuk ke rumahnya.
"Belum ada (solusi). Kalau saya ngomong sama pihak pemilik hotel pas sudah ketutup gini, 'Pak Haji (pemilik hotel), kalau kita mau pulang ke rumah gimana?'."
"Dia malah jawab seenaknya, 'Harus beli helikopter dulu'," ungkap Ngadenin.
Baca juga: Update Jalan Ditutup Tembok di Ponorogo: Pemilik Lahan Tak Mau Bongkar, Warga Memilih Bungkam
Ia mengaku merasa sakit hati saat mendengar perkataan pemilik hotel.
Namun, Ngadenin memilih pasrah lantaran tak bisa berbuat apa-apa.
Ia merasa kalah power dibandingkan pemilik hotel.
"Sakit (hati) saya digituin sebenarnya," aku Ngadenin, dilansir Kompas.com.
Pernah Ditawari Tukar Rumah Rusak
Meski tak ada solusi terkait akses jalan yang ditutup tembok, pihak hotel disebut Ngadenin pernah menawarkan kepadanya untuk menukar rumah.
Penawaran itu datang karena pemilik hotel tak bersedia memberikan biaya ganti rugi yang diminta Ngadenin.
Menurut pemilik hotel, biaya ganti rugi yang diajukan Ngadenin belum sesuai.
Karena tak kunjung sepakat, pemilik hotel menawarkan untuk menukar rumah Ngadenin dengan satu unit rumah di Perumahan Villa Nusa Indah, Kabupaten Bogor.