Tetapi, Ngadenin menolaknya lantaran setelah dihitung, ia justru rugi.
Selain itu, unit rumah yang ditawarkan pemilik hotel berada di kawasan rawan banjir.
Parahnya, kondisi rumah rusak hingga membutuhkan renovasi.
"Saya enggak setuju karena jauh dari usaha saya di sini, keduanya banjir. Ketiga, rumah itu sudah rusak juga," beber Ngadenin, Senin (10/7/2023), dilansir TribunJakarta.com.
Ngadenin mengaku lelah selama tiga tahun harus melewati got jika ingin pulang ke rumah.
Baca juga: Akhirnya Temui Titik Terang, Pria Ponorogo Ajukan Syarat untuk Bongkar Tembok yang Tutupi Jalan
Akhirnya, kini ia dan sang istri memilih tidur di warung sate miliknya yang tak jauh dari rumah.
Namun, ia harus rela berpisah dengan anak-anaknya yang memilih nge-kos lantaran tak cukup tinggal di warung.
"Akhirnya sekarang pisah-pisah. Ada yang di Depok, ada di Blok M, ada yang di Ciputat."
"Yang mondar-mandir (pulang ke warung) satu (anak bungsu)" katanya.
Keadaan yang dialami Ngadenin saat ini membuatnya begitu merasa sedih.
Lantaran, sudah tiga tahun dirinya tidak bisa lengkap berkumpul dengan keluarga karena rumahnya rusak.
"Kami sudah tiga tahun merasa lelah, mau nempatin rumah kok lewatnya harus got dan rumah ini itu kalau ditempatin sudah terlalu rusak," kata dia.
"Sebenarnya kerugiannya itu batinnya sedih terus, lahirnya ya begini keadaannya," pungkasnya.
Ngadenin Tak Sendiri