News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rektor Dilaporkan Lecehkan Pegawai

Rektor UP Nonaktif Diperiksa Polda Metro Jaya Selama 3 Jam, Mengaku Tidak Terlibat Kasus Pelecehan

Editor: Abdul Muhaimin
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Konferensi pers rektor nonaktif Universitas Pancasila, Edie Toet Hendratno, bersama tim kuasa hukumnya menyusul kasus dugaan pelecehan seksual, Kamis (29/2/2024)

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Annas Furqon Hakim

TRIBUNNEWS.COM - Polda Metro Jaya memeriksa Rektor Universitas Pancasila nonaktif, Edie Toet Hendratno yang dilaporkan atas kasus pelecehan seksual, Selasa (5/3/2024).

Edie dilaporkan dua pegawai wanita Universitas Pancasila berinisial RZ dan DZ.

Edie memenuhi panggilan pemeriksaan di Mapolda Metro Jaya didampingi kuasa hukumnya, Faizal Hafied.

Proses pemeriksaan berlangsung selama tiga jam mulai pukul 10.00 WIB hingga 13.00 WIB.

"Hari ini kami sudah menghadiri undangan klarifikasi dan tadi sudah dilaksanakan hampir tiga jam. Ada 32 pertanyaan," kata kuasa hukum Edie, Faizal Hafied, di Polda Metro Jaya, Jakarta Selatan.

Dalam pemeriksaan itu, Faizal menyebut pihaknya telah menyerahkan bukti-bukti yang dinilai dapat mematahkan tuduhan pelecehan seksual.

"Tadi kami juga membawa bukti-bukti yang kuat, sudah kami sampaikan kepada penyidik. Mudah-mudahan apa yang kami bawakan tadi, kehadiran kami ini, membuat clear-nya duduk perkara tersebut," ujar dia.

Hanya saja, ia tidak membeberkan bukti-bukti yang dibawa tersebut. Ia hanya menyebutkan bahwa bukti-bukti itu sangat akurat dan bisa membuat terang perkara ini.

"Bukti-bukti tidak bisa kami sampaikan. Tapi bukti-bukti ini sangat akurat, sangat otentik dan bisa membantu membuat duduk perkara ini sangat terang," ucap Faizal.

Sementara itu, Edie tidak menyangka dituduh melakukan pelecehan seksual hingga membuatnya dipolisikan dan dinonaktifkan sebagai Rektor Universitas Pancasila.

"Tidak pernah terpikirkan sedikit pun oleh saya bisa berada di titik seperti ini," kata Edie, Kamis (29/2/2024).

Baca juga: Dituduh Lecehkan Staf, Rektor Nonaktif UP: Prestasi Lenyap, Anak Sedih Ayahnya Dipermalukan

Edie merasa kasus ini telah membuatnya berada di titik nadir. Ia menyebut nama baiknya hancur dan prestasinya lenyap seketika.

"Titik nadir paling bawah. nama baik saya dipertaruhkan. Bukan hanya nama baik saya yang hancur, prestasi, loyalitas saya tiba-tiba harus lenyap," ujar dia.

Ia mengaku sedih sekaligus malu lantaran dituding melecehkan dua bawahannya. Ia merasa menjadi korban pembunuhan karakter.

"Mungkin bapak dan ibu nggak bisa menggambarkan kesedihan saya, malu saya, dan sedih saya. Karena apa? Selama saya mengabdi di dunia pendidikan baru sekali ini saya dihina, dijadikan korban character assasination, pembunuhan karakter," ucap Edie.

"Padahal, seorang dosen atau guru, saya orang yang betul menjaga etika dan budi. Saya sangat malu di depan semua orang. Makanya saya pakai topi," imbuh dia.

Menurut dia, kasus ini juga turut berdampak terhadap keluarganya yang ikut merasa malu.

Baca juga: Rektor Non-Aktif Universitas Pancasila Ngaku Malu Dipolisikan Kasus Pelecehan SeksualĀ 

"Saya punya keluarga, saya punya istri dan anak-anak yang sudah besar. Bisa dibayangkan gak, betapa mereka sedih dan malu ayahnya diperlakukan seperti ini," tutur Edie.

Faizal mengatakan tidak ada bukti terkait tuduhan pelecehan seksual tersebut.

"Apa yang dituduhkan tadi sudah kami sampaikan bahwa penjelasan keterangan dan segala macamnya bahwa itu hanya asumsi-asumsi orang-orang pribadi yang tidak ada bukti sama sekali," kata Faizal di Polda Metro Jaya, Kamis (29/2/2024).

Faizal menduga ada tendensi dari pihak-pihak tertentu dalam kasus dugaan pelecehan yang kini tengah diusut oleh Polda Metro Jaya.

"Jadi orang kira orang begini, orang begini. Mungkin orang punya tendensi tertentu. Nah ini yang kejadian hari ini yang kita alami," ucap dia.

Menurut Faizal, Edie telah banyak memberikan kontribusi positif kepada Universitas Pancasila dan seluruh civitas akademikanya.

Baca juga: Curhat Rektor Nonaktif UP Edie Toet Tersandung Kasus Pelecehan Seksual: Saya Malu dan Sedih

"Diakui oleh banyak pihak, banyak memberikan kontribusi positif buat universitas Pancasila dan seluruh civitasnya, diakui juga pihak lain. Apa namanya, akreditasi lain unggul segala macamnya, diakui pemerintah juga," ujar dia.

Ia menyebut kasus dugaan pelecehan seksual ini menghambat Edie untuk meneruskan jabatannya sebagai Rektor Universitas Pancasila.

"Dengan adanya LP tersebut menyebabkan beliau ini dirugikan. Yang harusnya beliau masih bisa diberikan kesempatan melanjutkan, namun yang terjadi adalah ya yang seperti kejadian kemarin tanggal 27," ucap Faizal.

Faizal berharap kasus ini dapat segera diselesaikan dan nama baik kliennya bisa dipulihkan.

"Kami harap ini cepat segera selesai. Kami sudah jelaskan kepada penyidik sehingga nama baik beliau bisa sesegera mungkin diselesaikan dan beliau bisa kembali memberikan kontribusi terbaik untuk dunia pendidikan di Indonesia," tutur dia.

Menurut Faizal, laporan polisi soal dugaan pelecehan seksual itu telah mendiskreditkan Edie.

Baca juga: Dinonaktifkan Jadi Rektor UP karena Diduga Terlibat Pelecehan, Pengacara Edi Toet: Merugikan Kami

Ia juga menilai tuduhan bahwa Edie telah melecehkan dua staf kampus merupakan bentuk pembunuhan karakter.

"Sehingga ini merupakan juga pembunuhan karakter bagi klien kami yang seharusnya klien kami dengan prestasinya masih bisa melanjutkan untuk proses selanjutnya," ujar dia.

Ia juga menyebut ada politisasi dalam kasus dugaan pelecehan seksual ini.

"Ini pasti ada politisasi jelang pemilihan rektor, sebagaimana sering dialami di pilkada dan pilpres. Jadi ini yang menjadi catatan besarnya," ucap Faizal.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul 3 Jam Diperiksa, Rektor Universitas Pancasila Nonaktif Klaim Punya Bukti Patahkan Tuduhan Pelecehan

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini