"Katanya mereka mau memulai bisnis yang baru, tetapi saya tidak tahu bisnis apa yang ia kerjakan," kata Arief, dikutip dari TribunJakarta.com.
Menurutnya, satu keluarga itu pindah lantaran faktor tekanan ekonomi saat pandemi Covid-19 melanda.
Saat itu, kata Arief, EA (50) atau sang suami sempat terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) ketika pandemi.
PHK tersebut pun langsung berimbas pada kondisi ekonomi mereka.
"Yang saya tahu, ketika pandemi, suaminya terkena pemutusan hubungan kerja. Mulai dari sana, kehidupan keluarga ini terlihat sangat merana," lanjutnya.
Kondisi serba sulit keluarga itu terlihat ketika istri EA, AEL, menawari Arief beberapa kali telur ayam untuk mereka hidup.
Karena merasa prihatin, Arief sempat membantu memberikan sejumlah uang kepada keluarga mereka.
Terhitung, sudah sekitar tiga kali dia memberikan bantuan kepada AEL dengan total sekitar Rp 8 juta.
"Saya merasa iba dengan keluarga ini. Jadi, saya berharap uang yang saya beri itu bisa sedikit membantu," pungkasnya.
Disclaimer
Berita di atas tidak bertujuan menginspirasi siapapun melakukan tindakan serupa.
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup.
Anda tidak sendiri. Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan itu.
Pembaca bisa menghubungi Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes (021-500-454) atau LSM Jangan Bunuh Diri (021 9696 9293) atau melalui email janganbunuhdiri@yahoo.com.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Akibat Pandemi, Ekonomi Satu Keluarga Tewas di Apartemen Terpuruk: Dulu Pakai Fortuner Kini Granmax.
(Tribunnews.com/Rifqah) (TribunJakarta.com/Satrio Sarwo Trengginas)