R juga sempat menanyakan kondisi AS yang telat menstruasi itu ke dokter.
Namun dokter mengatakan, jika hormon AS belum stabil karena baru pertama menstruasi di usianya yang 15 tahun 2 bulan.
Akan tetapi, saat Hari Raya Idul Fitri 2024, AS mengalami sakit yang tak kunjung membaik.
"Malam Takbiran muntah-muntah 4 kali. Lama-lama ke sininya kok anak saya semakin memburuk kondisinya."
"Setelah kondisi tersebut, saya tanggal 6 mei kemarin ke klinik terdekat, lantas itu saya meminta rujukan ke rumah sakit ke poli kandungan," bebernya.
Ternyata saat dicek, AS hamil lima bulan.
Setelah AS memberi isyarat teman satu kelasnya yang melakukan hal ini, R lantas mendatangi pihak sekolah.
"Kepala sekolah enggak mau nemuin kami ke wali kelasnya, alasannya takutnya syok katanya."
"Saya bilang, lebih syok mana saya selaku orang tua korban, masa depan anak saya hancur. Saya mesti kehilangan segalanya," bebernya.
Akhirnya, keluarga R sempat bertemu dengan wali kelas AS.
Menurut R, wali kelas anaknya pun menduga pelaku memiliki ketertarikan terhadap wanita, namun hal itu masih perlu dibuktikan.
Kemudian, AS diajak wali kelas untuk menunjuk di mana tempat kejadian itu. Kata R, anaknya menunjuk ke arah toilet perempuan lantai tiga.
R menilai, pihak sekolah tidak membantu dalam kasus ini. Menurutnya, pihak sekolah malah menduga kejadian pencabulan terjadi di rumah.
"Malah asumsinya (pihak sekolah) siapa tahu omnya, siapa tahu bapaknya, siapa tahu lingkungannya."