TRIBUNEWS.COM, JAKARTA - Warga Jakarta dan sekitarnya dihebohkan dengan kemunculan meteor jatuh pada Minggu(23/6/2024).
Adanya benda angkasa diduga meteor jatuh tersebut membuat heboh lini masa X (twitter).
"Pantes di luar ada yang teriak meteor-meteor kirain bohongan," kata Lula di X dikutip Senin(24/6/2024).
"Aku juga tadi di Depok lihat," kata Salsa.
Netizen yang mengaku melihat mendeskripsikan metero tersebut memiliki ekor yang berwarna hijau.
Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaludin saat dikonfirmasi Tribun mengaku baru mendapat info adanya meteor jatuh dari kalangan media.
Ia belum bisa memastikan kesaksian warga kecuali dalam laporannya disertai foto dan video.
"Saya hanya mendapat info dari media. Saya tidak bisa memastikan kesaksian warga, kecuali bila laporan warga disertai dengan foto atau video," ujar Thomas.
Meteor lanjut Thomas adalah hal yang biasa karena di sekitar bumi banyak batuan sisa pembentukan tata surya.
Ketika batuan tersebur berpapasan denhan bumi, batuan tersebut terbakar di atmosfer. Warna meteor bergantung komposisi kimia yang terbakar.
"Warna hijau berasal dari unsur magnesium yang terkandung pada batuan meteor," kata Thomas.
Apa itu meteor?
Setiap tahun terjadi hujan meteor di wilayah-wilayah tertentu di Bumi.
Meteor merupakan benda langit yang bergerak di ruang angkasa.
Beberapa jenis meteor dapat diamati dari Bumi tanpa bantuan alat optik.
Untuk melihat meteor secara langsung, langit harus berada dalam keadaan cerah dan tidak berawan.
Baca juga: Fenomena Astronomi Pekan ke-2 Desember: Puncak Hujan Meteor Monocerotid dapat Disaksikan Malam Ini
Baca juga: Bola Api Seperti Meteor Terlihat di Sejumlah Wilayah Jepang
Biasanya, hujan meteor terjadi dalam periode waktu tertentu.
Fenomena ini terjadi karena proses alam di ruang angkasa yang menghasilkan debu sehingga membentuk meteor.
Selengkapnya tentang meteor, simak rangkuman berikut ini.
Pengertian Meteor
Dikutip dari laman LAPAN, meteor dapat didefinisikan sebagai penampakan jalur jatuhnya serpihan benda luar angkasa yang dinamakan meteoroid ke atmosfer bumi, biasanya disebut bintang jatuh
Penampakan tersebut disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh tekanan ram (bukan oleh gesekan, sebagaimana anggapan umum sebelum ini) pada saat meteoroid memasuki atmosfer.
Meteor yang sangat terang, lebih terang daripada penampakan Planet Venus, dapat disebut sebagai Bolide atau bola api (fireball).
Ukuran meteor umumnya hanya sebesar sebutir pasir dan hampir semuanya hancur sebelum mencapai permukaan Bumi.
Serpihan yang mencapai permukaan Bumi disebut meteorit.
Baca juga: Bisa Disaksikan di Langit Indonesia, Fenomena Hujan Meteor yang Terjadi Dalam Beberapa Hari Ini
Baca juga: Fenomena Astronomis Desember 2021 Pekan Kedua: Puncak Hujan Meteor Monocerotid hingga Geminid
Hujan meteor umumnya terjadi ketika Bumi melintasi dekat orbit sebuah komet dan melalui serpihannya.
Jika meteoroid tidak dapat habis terbakar dalam perjalananya di atmosfer dan mencapai permukaan Bumi, benda yang dihasilkan disebut meteorit atau batu meteor.
Meteor yang menabrak Bumi atau objek lain dapat membentuk kawah meteor atau impact crater.
Sedangkan hujan meteor adalah meteor yang jatuh dan melewati permukaan bumi dalam jumlah yang banyak, sehingga dari permukaan Bumi akan dilihat oleh manusia seolah seperti hujan yang turun.
Hujan meteor secara singkat dapat terjadi karena meteoroid memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi.
Penyebab Terjadinya Hujan Meteor
1. Bertemunya lintasan atau orbit komet dengan orbit Bumi.
Pertemuan ini dapat terjadi karena orbit keduanya yang berbentuk elips dan memungkinkan adanya pertemuan waktu antara orbit Bumi dan komet pada saat melintas dekat Bumi.
2. Saat komet melewati bagian dalam tata surya, cahaya dan panas dari matahari menyebabkan permukaannya melontarkan gas dan debu.
3. Pada saat komet melintas dekat Bumi, muncul sebuah energi yang dapat menimbulkan tekanan.
Selain itu, ketika komet melintas dapat menyebabkan jumlah meteor yang masuk ke dalam Bumi meningkat drastis.
4. Peningkatan drastis inilah yang mengakibatkan meteor kehilangan daya untuk dapat mempertahankan posisinya agar tetap berada di orbitnya.
Sehingga, menimbulkan hujan meteor di sebagian wilayah Bumi.
Baca juga: BMKG Imbau Warga Tingkatkan Kewaspadaan di Daerah Rawan Bencana Geo-hidrometeorologi Jelang Nataru
Baca juga: Dosen IPB: Bencana Hidrometeorologi Ekstrim Picu Gagal Panen Hingga Turunnya Tangkapan Ikan
Proses Terjadinya Hujan Meteor
1. Hujan Meteor terjadi ketika Bumi melewati puing-puing dari komet.
Bumi mengalami revolusi atau pergerakan mengelilingi Matahari.
Saat Bumi melewati garis puing-puing yang tersisa dari komet yang telah mengalami kehancuran, maka hujan meteor dapat terjadi.
2. Orbit Bumi yang bersinggungan dengan orbit komet.
Orbit komet berbentuk lebih lonjong daripada orbit Bumi.
Beberapa komet mempunyai orbit yang bersinggungan dengan orbit Bumi. Kemudian, kondisi ini menyebabkan terjadinya hujan meteor.
3. Komet yang terlihat mempunyai ekor karena melewati matahari.
Mengapa komet mempunyai ekor?
Sebenarnya inti dari komet adalah partikel debu padat, sehingga ketika melewati matahari akan menjadi panas dan lambat laun menjadi hancur serta menghasilkan ekor.
Ekor tersebut tampak memanjang dari Bumi.
4. Puing-puing dari inti komet yang hancur ketika melintasi orbit Bumi akan terlihat seperti hujan.
Komet yang melintasi matahari dan bergerak cepat diikuti oleh serpihan berbatu yang didominasi oleh partikel berukuran seperti pasir.
Serpihan inilah yang terbakar ketika sampai di atmosfer Bumi. Ketika terbakar, si sekitar serpihan akan menghasilkan cahaya yang tampak dari Bumi menyerupai hujan.
Baca juga: Mengenal Ancaman Perubahan Iklim Global, Dampaknya Terhadap Bumi dan Upaya Penanggulangan
Jenis-jenis Hujan Meteor
1. Perseid
Titik radian Perseid terletak di konstelasi Perseus, maka dinamakan Perseid.
Meteor yang jatuh diperkirakan memiliki kecepatan sekitar 60 km/jam.
Meteor Perseid memiliki kilatan yang terang dan ekor cahaya yang panjang.
Hujan meteor Perseid berasal dari serpihan debu ekor komet Swift Tuttle atau 109P/Swfit Tuttle yang mengelilingi matahari setiap 133 taun sekali.
Hujan meteor ini biasanya akan terlihat di wilayah Bumi pada belahan bagian utara di malam musim panas.
2. Lyrid
Titik radian Lyrid terletak di konstelasi Lyra.
Hujan meteor Lyrid berasal dari sisa debu ekor komet Comet C/1961 G1 Tharcher yang memiliki kemiringan orbit hampir 80 derajat dengan bidang sistem tata surya.
Hujan meteor ini sudah ada dan teramati sejak 2600 tahun yang lalu sehingga meteor ini merupakan hujan meteor yang paling lama keberadaannya dibandingkan dengan hujan meteor yang lain.
3. Geminid
Hujan meteor Geminid berasal dari asteroid keluarga Palladian yang bernama 3200 Phaeton dan muncul dari titik radian yang terletak di konstelasi Gemini.
Hujan meteor Geminid biasanya akan terjadi antara tanggal 4 hingga 17 Desember setiap tahunnya dengan fase bulan benjol awal berumur sepuluh hari, sehingga akan memengaruhi intensitas hujan meteor maksimum.