"Kami siapkan dari mulai tahapan-tahapan itu personel-personel mulai dari kantor KPU, kantor Bawaslu kami jaga, kami pengamanan selama 24 jam," tegas dia.
Adegan ricuh yang diperagakan merupakan bagian dari kesiapan personel dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
"Kita simulasikan tadi kalau memang ada massa yang tidak puas dengan hasil pengumuman pemenang, terjadi chaos, itu yang kami peragakan," terang dia.
Tahapan Simulasi
Simulasi pengamanan dilakukan sejak awal tahapan Pilkada, diantaranya pendaftaran paslon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bekasi.
Dalam adegan simulasi, terdapat dua pasangan calon masing-masing yang mendaftar di KPU Kota Bekasi.
Adegan berlanjut ke pengumuman nomor urut, lalu setiap pasangan calon menggelar kampanye akbar secara terpisah.
Simulasi turut menghadirkan adegan konflik, diantaranya keributan penonton panggung konser kampanye.
Di mana pada saat muncul potensi keributan, petugas pengamanan dari unsur TNI-Polri dan Satpol PP langsung bertindak cepat.
Tahapan selanjutnya juga menampilkan proses pengamanan pada saat pemungutan suara, di sini adegan konflik juga dihadirkan.
Saat sejumlah warga protes terkait namanya yang tidak masuk dalam daftar pemilih, di sini petugas pengamanan membantu melakukan meredakan situasi.
Puncaknya ada pada adegan unjuk rasa pendukung salah satu paslon yang tidak terima dengan hasil pemungutan suara.
Di adegan simulasi, massa mendatangi kantor KPU Kota Bekasi untuk melakukan unjuk rasa lalu terjadi kericuhan.
Massa melempari petugas aparat keamanan menggunakan plastik berisi air, properti itu digunakan sebagai pengganti batu atau benda keras.
Formasi pengamanan ditampilkan dalam adegan simulasi, personel Sabhara dikerahkan lengkap dengan tameng pelindung untuk memukul mundur massa.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Kericuhan Pecah di Alun-alun Kota Bekasi, Pendukung Paslon Wali Kota Lempari Aparat Keamanan