News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Puncak Bogor Macet Total

Proses Evakuasi Jenazah Wisatawan yang Meninggal saat Wisata di Puncak Bogor, Terkendala Kemacetan

Penulis: Nuryanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Anak pertama Nimih, Yani (tengah) saat memberi keterangan di rumah duka, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (17/9/2024). Proses evakuasi jenazah wisatawan yang meninggal saat terjadi kemacetan panjang di Puncak, Bogor.

TRIBUNNEWS.COM - Nimih (63), warga Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, meninggal dunia saat terjadi kemacetan panjang di kawasan Puncak, Bogor, Jawa Barat, Minggu (15/9/2024).

Kala itu, Nimih bersama dua anak perempuannya, Yani dan Suryati (36), bersama rombongan warga Kecamatan Cipayung bertolak ke Bogor untuk wisata religi ke Makam Kramat Empang.

Setelah berziarah, Nimih bersama kedua anaknya beserta rombongan yang menaiki tiga bus wisata, hendak mengunjungi kawasan wisata Puncak Mas, Bogor.

Namun nahas, saat hendak pulang ke Jakarta Timur, bus yang dinaiki Nimih dan rombongan terjebak kemacetan.

Sehingga, kendaraan tidak dapat keluar dari area parkir Puncak Mas, Bogor.

Nimih sempat keluar dari bus untuk melepas lelah dan buang air kecil.

Akan tetapi, sekira pukul 19.00 WIB, Nimih menghembuskan napas terakhir di kawasan Puncak Mas, Bogor.

Lantas, bagaimana proses evakuasi jenazah wisatawan itu?

Proses Evakuasi

Kemacetan panjang di kawasan Puncak, Bogor pada Minggu malam sempat membuat proses evakuasi jasad Nimih terkendala.

Anak ketiga Nimih, Suryati (36), mengatakan setelah sang ibunda meninggal sekira pukul 19.00 WIB di area parkir Gunung Mas, jenazah tidak langsung dievakuasi karena terkendala kemacetan.

Baca juga: INFOGRAFIS: Kronologi Wisatawan Meninggal di Puncak Bogor: Diduga Asma, Ambulans Telat Akibat Macet

Meski sudah melapor ke petugas di sekitar lokasi, tapi mobil jenazah yang hendak digunakan untuk mengevakuasi jasad Nimih tidak kunjung tiba, karena terjebak kemacetan panjang.

Awalnya, jenazah Nimih yang berada di area kebun teh dengan menggunakan alas seadanya, sempat dibawa ke warung di sekitar lokasi karena saat kejadian turun hujan.

Sekira 30 menit menunggu di warung, seorang pengendara mobil pribadi menawarkan pertolongan mengevakuasi jenazah ke masjid sembari menunggu mobil jenazah tiba.

Namun, setibanya di masjid sekira pukul 20.00 WIB, pihak keluarga kembali menunggu hingga mobil jenazah tiba pada saat waktu sudah menunjukkan pergantian hari yakni pada Senin (16/9/2024).

"Kondisi memang mau keluar kejebak, dia (ambulans) mau masuk ke situ cari jalan juga enggak bisa."

"Jadinya saya di situ sama almarhumah menunggu di situ sampai jam 00.00 WIB," ungkap Suryati di Cipayung, Jakarta Timur, Selasa (17/9/2024), dilansir TribunJakarta.com.

Setelah mobil jenazah dari perangkat lingkungan setempat tiba, pihak keluarga sempat ditawari agar jenazah Nimih dibawa ke rumah sakit untuk proses memastikan penyebab kematian.

Namun, karena menurut pihak keluarga Nimih meninggal dalam keadaan wajar tanpa ada kejanggalan, mereka sepakat jenazah Nimih tidak perlu diautopsi.

Pihak keluarga meminta agar jenazah Nimih dapat segera dibawa ke rumah duka di Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, sehingga dapat segera dimakamkan secara layak.

Anak pertama Nimih, Yani (46), mengatakan setelah pihak pengelola Gunung Mas menyatakan menanggung seluruh akomodasi hingga tiba rumah duka dengan pengawalan kepolisian, jenazah sang ibunda lalu dibawa.

Baca juga: Macet Total di Puncak Bogor: Sepeda Motor Saling Kunci, Pengendara dan Penumpang BAB Sembarangan

Arus kendaraan di Jalan Raya Puncak masih macet meski sudah diberlakukan one way imbas lonjakan wisatawan libur panjang Maulid Nabi, Minggu (15/9/2024). (TribunnewsBogor.com/Naufal Fauzy)

Pada Senin sekira pukul 01.00 WIB, jenazah Nimih bertolak dari Gunung Mas ke rumah duka dengan pengawalan petugas kepolisian yang mengurai arus lalu lintas.

"Jam 01.00 WIB, pas keluar (Gunung Mas arus lalu lintas) masih padat tapi karena sudah dikawal (petugas) Alhamdulillah bisa."

"Sampai di Jakarta kurang lebih jam 02.00 WIB," jelas Yani.

Jenazah Nimih sempat disemayamkan di rumah duka.

Lalu, pada Senin sekira pukul 10.00 WIB, jenazah dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Bambu Apus, Kecamatan Cipayung.

Bantahan Keluarga

Sementara itu, pihak keluarga Nimih membantah kabar korban memiliki penyakit penyerta.

Hal ini menanggapi beredarnya kabar Nimih memiliki penyakit penyerta asma dan darah tinggi hingga menjadi penyebab meninggalnya Nimih pada Minggu malam.

Anak pertama Nimih, Yani, mengatakan semasa hidup sang ibu tidak memiliki penyakit penyerta asma, darah tinggi ataupun penyakit penyerta lain sebagaimana yang dikabarkan.

Baca juga: Cegah Macet Total di Puncak Bogor, Polres Bogor Tambah Personel

Pihak keluarga memastikan saat bertolak dari Jakarta untuk melakukan wisata religi ke Makam Kramat Empang Bogor dan berkunjung ke Gunung Mas, Nimih dalam keadaan sehat.

Bahkan pada Minggu pagi sebelum melakukan perjalanan, Nimih yang sehari-harinya merupakan membuat aneka gorengan dan kue, tetap dapat memasak seperti biasa.

Menurut pihak keluarga, jika sebelum kejadian Nimih dalam keadaan sakit, maka mereka tidak akan memperbolehkan almarhumah untuk melakukan perjalanan ke kawasan Puncak, Bogor.

"Kalau memang dari rumah (sedang) sakit saya enggak akan memperbolehkan ibu saya jalan-jalan."

"Posisi dalam keadaan sehat, tapi namanya rezeki, maut itu kan enggak ada yang tahu," kata Yani di Jakarta Timur, Selasa, masih dari TribunJakarta.com.

Penyebab Macet Parah di Kawasan Puncak

Kemacetan parah yang terjadi di kawasan Puncak, Bogor, pada hari Minggu itu diakibatkan sejumlah faktor.

Kasat Lantas Polres Bogor AKP Rizky Guntama, menuturkan faktor pertama karena peningkatan volume kendaraan yang menuju ke kawasan Puncak.

Ini terjadi bertepatan dengan libur panjang Maulid Nabi sehingga banyak masyarakat melakukan aktivitas wisata.

Adapun faktor kedua yakni pemotor tidak tertib yang menyebabkan kemacetan.

Baca juga: Cerita Warga yang Terjebak Macet di Puncak hingga 10 Jam Lebih: Kelelahan Terpaksa Tidur di Aspal

Banyaknya pemotor yang melambung dan melawan arah menyebabkan lalu lintas di kawasan Puncak terkunci.

"Ketika mereka bertemu ruang kosong, mereka melambung dan melawan arah sehingga membuat arus lalu lintas terkunci," ucap Rizky, Senin.

Ia menyebut, kendaraan roda dua mendominasi pada malam hari, namun volume kendaraan yang naik dan turun itu seimbang.

Rizky mengatakan, volume kendaraan dari arah Puncak menuju Jakarta begitupun dari arah sebaliknya terpantau ramai.

Kepolisian diketahui menerapkan kebijakan rekayasa lalu lintas sistem satu arah (SSA) di kawasan Puncak Bogor sejak pukul 06.30 pada Senin (16/9/2024).

Langkah ini diambil guna memperlancar kendaraan yang turun dari Puncak menuju ke Jakarta dan sekitarnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Macet Panjang, Evakuasi Jenazah Wisatawan yang Meninggal di Puncak Butuh 6 Jam

(Tribunnews.com/Nuryanti/Reynas Abdila) (TribunJakarta.com/Bima Putra)

Berita lain terkait Puncak Bogor Macet Total

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini