News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

PON 2024

Mengintip Kantor Vendor Katering PON Aceh-Sumut, Diduga Sajikan Nasi Basi, Sempat Didatangi Polisi

Penulis: Abdi Ryanda Shakti
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kantor katering PON di Cilandak Barat, Jakarta Selatan. /Google Maps

Ia pun mengatakan bahwa apa yang menjadi perbincangan viral di media sosial itu diduga karena ada persaingan bisnis sehingga ada kecemburuan jika PT Aktifitas Atmosfir kembali memegang jasa untuk konsumsi pada kegiatan yang digelar empat tahun sekali ini.

Meski itu juga hanya dugaan dia semata. 

"Iya seperti ada yang, soalnya dulu ada yang nanya begini, kok PT Atmo (Aktifitas Atmosfir) terus yang menang (vendor), sepertinya dari saingan, kayaknya persaingan bisnis lah itu, biasa," jelasnya. 

Di sisi lain, sumber lain di sekitar lokasi mengatakan bahwa perusahaan katering itu dikabarkan akan didemo oleh sejumlah pihak karena adanya isu-isu makanan yang tak layak disediakan untuk para kontingen.

Bahkan, puluhan polisi sempat datang ke PT Aktivitas Atmosfir pada Selasa (17/9/2024).

Namun kedatangan polisi ke lokasi itu bukan untuk melakukan klarifikasi atas isu-isu dugaan mark-up seperti yang beredar, melainkan untuk melakukan pengamanan. 

Makanan Basi 

Terpisah, General Manager PT Aktifitas Atmosfir, Chepta Hermana mengklarifikasi beberapa isu soal makanan tidak layak yang diterima para atlet dan kontingen PON.

Pertama, terkait kabar keterlambatan pengiriman makanan kepada para atlet, menurutnya hal itu karena adanya kesalahpahaman dalam komunikasi dengan Pengurus Besar (PB) PON XXI-2024, Aceh-Sumatera Utara.

Panitia cabor catur PON XXI komplain dan tidak terima menu makanan yang diberi hanya dengan lauk sepotong tempe dan sayur kering. Ancam mogok makan. (KOMPAS.com/Hendri Setiawan) (KOMPAS.com/Hendri Setiawan/ist)

Chepta mengatakan informasi perpindahan tempat tinggal, venue bertanding, hingga permintaan dari Liaison Officer (LO) para atlet dan kontingen yang telat diinformasikan kepada pihaknya sehingga terjadi keterlambatan pengiriman makanan.

Kedua, kata Chepta, terkait makanan yang disebut sudah basi namun tetap diberikan kepada para atlet.

Dari hasil investigasi pihaknya, menurut Chepta makanan seperti puding itu sejatinya diberikan pada malam hari. 

Namun, makanan tersebut dibiarkan  hingga pagi hari sehingga sudah tak layak dimakan.

 "Jadi kan makanan yang kita sajikan kan ada waktunya ya, untuk makan malam kalau dimakan pagi pagi ya sudah tidak bisa lah ya," ucap Chepta kepada Tribunnews.com.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini