News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

7 Mayat Mengapung di Bekasi

Seorang Ibu Bersujud Ingin Lihat Jenazah Kali Bekasi: Saya Bisa Gila, Memang Anak Saya Teroris?

Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Acos Abdul Qodir
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Melinda, ibunda dari Vino Satriani (15) yang diduga menjadi salah satu dari 7 remaja yang ditemukan tewas mengambang di Kali Bekasi Jawa Barat, saat berdebat dengan petugas DVI Polri di RS Kramat Jati, Jakarta, Selasa (24/9/2024). Melinda bersama sejumlah orang yang mencari anggota keluarga yang hilang meminta izin kepada petugas untuk melihat jenazah.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suasana ruang transit jenazah RS Polri Kramat Jati, Jakarta, pada Selasa (24/9/2024) yang tenang, tiba-tiba berubah menjadi ‘arena’ perdebatan antara beberapa orang dengan petugas DVI Polri.

Ruang berukuran kurang lebih 10x6 meter itu menjadi saksi sejumlah orang dengan raut wajah sedih dan cemas memohon kepada petugas untuk diperkenankan melihat langsung jenazah.

Sambil merintih menangis, seorang ibu berpakaian jaket berwarna pink terlihat memohon bahkan sampai sujud di hadapan petugas untuk melihat jenazah anaknya yang terbaring kaku di ruang es RS Polri Kramat Jati.

“Saya ibunya, mau gimana kondisi anak saya pasti saya ngenalin. Nggak mungkin saya enggak kenalin,” kata ibu berjaket pink itu kepada petugas.

“Saya cuma mau liat jenazah anak saya aja, kenapa dipersulit,” pintanya lagi sambil merintih.

“Kalau perlu saya sujud Pak, ini saya sujud. Mohon Pak,” ucap ibu itu sambil bersujud dan menangis.

Ibu itu juga melupakan kemarahannya sambil menangis. Dia memohon kepada petugas untuk diizinkan melihat jenazah putra pertamanya itu.

Diketahui, ibu yang bersujud dan memohon untuk melihat jasad anaknya adalah Melinda. Dia adalah ibunda dari Vino Satriani (15). Salah satu yang diduga jenazahnya di temukan di Kali Bekasi bersama enam jenazah lainnya.

Baca juga: Kasus Oknum Anggota DPRD Depok 2024-2029 Diduga Cabuli Pelajar, Polisi telah Periksa Orangtua Korban

Melinda turut meluapkan amarahnya kepada petugas yang tidak mengizinkan dirinya dan suaminya, Maulana, untuk melihat jenazah anaknya.

Bahkan, dia mengungkapkan bahwa dirinya bisa menjadi ‘gila’ (atau odgj) jika tak bisa dan mengenali lagi wajah anaknya.

Melinda juga berujar, bahwa anaknya bukan seorang teroris yang tidak boleh dilihat jenazahnya.

“Saya kalau tidak diizinkan melihat anak saya, maka saya jadi gila, Pak. Emang anak saya teroris?” ujarnya dengan nada tinggi ke petugas.

Dia pun mengaku akan membantu petugas DVI Polri untuk mengidentifikasi korban lewat pengelihatannya.

Sebab, dia masih yakin bahwa anaknya pergi menggunakan kaus berwarna abu-abu serta sepatu berwarna putih ketika meninggalkan rumah pada Sabtu (21/9) lalu.

Baca juga: 7 Korban Tewas di Kali Bekasi Masih Mr X, Kakek Minta Jenazah Si Yatim Piatu Segera Dipulangkan

Baca juga: Rintihan Korban Selamat Usai Terjun ke Kali Bekasi: Tolong Bang, Saya Nggak Mau Mati

Melinda juga mengaku telah memberikan sampel DNA serta persyaratan yang diminta pihak DVI Polri untuk proses identivikasi pada Senin kemarin. 

Namun, dia menyesalkan bahwa proses identifikasi berlangsung lambat dan terlalu lama. 

“Saya harus nunggu berapa lama lagi ini. Keburu saya tidak bisa mengenali anak saya,” ujarnya sambil menangis.

“Ini sudah hampir empat hari, saya cuman mau lihat anak saya,” tambahnya.

Tak hanya Melinda, adapun sepasang orang tua yang menenteng ijazah bermaps merah turut mendesak petugas memberikan izin untuk melihat jenazah yang diduga anaknya.

Sebab, sepasang suami istri ini mengaku telah mendatangi Polsek dan Polres Bekasi untuk mencari keberadaan anaknya. Namun, justru diminta ke RS Polri Kramat Jati.

“Dari Polsek disuruh ke Polres, disuruh bawa barang-barang (persyaratan identifikasi), Tapi di sini (RS Polri) enggak boleh lihat jenazah,” timpal pasangan suami istri kepada petugas.

Meski terus didesak, petugas DVI Polri yang mengenakan baju berwarna biru dongker tidak bergeming. Dia menjelaskan bahwa seluruh proses identifikasi sedang dilakukan oleh tim dokter.

Sehingga, dia meminta kepada pihak keluarga untuk bersabar.

Awal mula penemuan 7 mayat di Kali Bekasi, Minggu (22/9/2024), dua jasad ditemukan berdempetan, tiga lainnya tertelungkup seperti batu. (Kolase Tribunnews.com: Tribunnews.com/Reynas)

Mendengar itu, Melinda semakin meninggikan nada bicaranya. Dia pun mengeluarkan sumpah serapah kepada petugas tersebut.

Maulana pun terlihat memapah istrinya, Melinda untuk keluar ruangan transit jenazah agar lebih tenang.

Di luar ruangan, Melinda pun meluapkan kesedihannya kembali dengan menangis. Bahkan, dia sampai terlihat lemas sambil memohon untuk melihat jenazah anaknya.

“Ayah, tolongin anak kita yah. Anak kita sudah ga ada kenapa dipersulit. Anak kita sudah busuk, gimana kita mau ngelain,” ungkap Melinda dipelukan Maulana.

Baca juga: Bagaimana Bisa 3 Balita Tewas Terbakar Sekaligus di Cipinang? Terungkap Keberadaan Orang Tua Korban

Setelah ditenangkan oleh Maulana, Melinda terlihat mulai bisa mengontrol emosinya. 

Dia pun berbagi kisah sedikit tentang peristiwa yang menimpa anaknya pada Sabtu malam itu. 

Melinda meyakini bahwa anaknya bersama puluhan rekannnya sedang kumpul-kumpul untuk minum kopi bersama. Namun, kata dia, tiba-tiba petugas Perintis Polri datang membawa senjata laras panjang.

“Apa karena di todong senjata, namanya anak di bawah umur ketakutan. Lagi pada ngopi, tiba-tiba Tim Perintis Polri datang pakai laras panjang,” ungkap Melinda.

Hindari Bias Identifikasi

Kepala Bidang Pelayanan Kedokteran (Kabid Yandokpol) Rumah Sakit Bhayangkara Polri, Kombes Pol Herry Wijatmoko memberi keterangan pers tentang identifikasi tujuh jenazah yang ditemukan di Kali Bekasi Jawa Barat; di RS Polri, Jakarta, Senin (23/9/2024). (Tribunnews.com/Reynas Abdila)

Karodokpol Pusdokkes Polri Brigjen Nyoman Eddy Purnama Wirawan menjelaskan bahwa proses identifikasi masih memerlukan data dari pihak keluarga dan kerabat.

Hal itu disampaikannya saat konferens pers terkait penemuan 7 jenazah di Kali Bekasi di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, Selasa (24/9).

"Sehingga dalam kondisi yang sudah 1x24 jam itu kita perlu data-data lebih detail, dan itu perlu proses, waktu. Dan itulah kendala utamanya," kata Brigjen Nyoman.

Dia mengatakan identifikasi dilakukan dengan cermat agar data postmortem dan antemortem benar-benar cocok. 

"Data-data ini harus betul-betul match, data primer dan data sekunder. Jika ada ketidaksesuaian atau belum sesuai, kita harus hati-hati. Kita mementingkan ketepatan daripada kecepatan karena identifikasi ini tidak boleh salah," jelasnya. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini