Diharapkan masyarakat menggunakan hak pilihnya secara benar. "Jangan sampai tidak menggunakan hak pilih," tegasnya.
Muhamad Jaya dalam kesempatan yang sama menuturkan dirinya gembira sebab masyarakat antusias mengikuti acara itu.
Dikatakan, pagelaran wayang kulit malam itu merupakan salah satu metode memasyarakatkan Empat Pilar di samping metode lain seperti TOT, outbond, seminar, FGD, lomba cerdas cermat.
Sosialisasi yang digelar diharap membuat masyarakat menjadi paham dan selanjutnya mengaktualisasikan dalam keseharian.
Bagi Muhamad Jaya, pertunjukan seni budaya tak sekadar mensosialisasikan Empat Pilar namun juga sebagai upaya menjaga dan melestarikan budaya bangsa. "Lewat pentas seni, Empat Pilar bisa teraktualisasikan," paparnya. "Mari kita nikmati pertunjukan ini," tambahnya.
Mariadi merasa senang malam itu masyarakat dihibur oleh pagelaran wayang. "Apalagi gratis," ucapnya. Diakui tak mudah menggelar pertunjukan semacam itu di kampungnya.
Dikatakan kepada masyarakat bahwa acara itu merupakan kerja sama antara Putera Buyut dengan MPR. "Pertunjukan ini tak terduga. Untuk itu kami ucapkan terima kasih pada MPR," ungkapnya.
Sebelum pertunjukan, Alimin didampingi Muhamad Jaya, Abdullah Surajaya, dan Mariadi menyerahkan sosok wayang Puntadewa kepada Ki Haryo Purbo Kusumo. Lakon yang diunggah oleh Ki Haryo Purbo Kusumo adalah Pandawa Prawirayudha.
Kisah klasik Mahabarata ini menceritakan dinamika di Kerajaan Astina antara Pandawa sebagai simbol kebaikan bertarung dengan Kurawa sebagai simbol keburukan.
Peran yang dimainkan Puntadewa itulah yang membuat kebaikan selalu menang atas kejahatan. Puntadewa sebagai sosok wayang yang diserahkan Alimin ke dalang merupakan raja yang memerintah kerajaan Kuru dengan pusat pemerintahan di Astina. Yudhistira nama lain dari Puntadewa merupakan anak tertua dari Pandawa. (*)