"Dikaitkan dengan visi kebangsaan yang ada dalam Pancasila dan perkembangan lingkungan strategis global dewasa ini, dengan spirit Pancasila sebagai dasar dan ideologi bangsa, Indonesia berkomitmen untuk membangun peradaban dunia. Sebagai bangsa dan negara, kita memiliki kapasitas untuk itu. Pengalaman empirik kita di masa lampau yang menginisiasi perjuangan kemerdekaan negara-negara dunia ketiga di Asia dan Afrika, serta kontribusi dalam membangun regionalisme yang tangguh di Asia Tenggara menjadi modal yang kuat. Pancasila sendiri sebagai panduan memiliki nilai intrinsik dan instrumental yang segaris dengan komitmen untuk berkontribusi besar dalam mewujudkan tata dunia yang lebih baik," tuturnya.
Dinamika global
Kontekstualitas peradaban dunia dewasa ini menghadirkan potret relasi antarnegara yang kurang harmonis. Pandemi Covid-19 yang seyogianya menjadi momentum persatuan negara-negara di dunia justru menjadi pemantik konflik yang tajam antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Perang dagang, perang pengaruh di Asia Pasifik dan berbagai organisasi internasional dunia justru bertambah sengit di antara kedua kekuatan super power dunia tersebut.
"Di sisi lain, Perang Rusia dan Ukraina membuka pemahaman kita bahwa ada konstruksi global yang salah yang menjadi penyulut bagi Rusia untuk bersikap “koersif dan unilateral” terhadap negara tetangganya sendiri. Selain itu, apa yang terjadi di Sri Lanka menjadi gambaran bahwa situasi pandemi yang tidak dikelola dengan baik, akan menjadi kausa bagi timbulnya dampak turunan seperti krisis ekonomi hingga krisis politik," jelasnya.
Situasi dan kondisi ini menurut Guz Jazil tidak hanya memiliki episentrum lokal atau regional bagi negara-negara tersebut saja. Globalisasi telah menjadikan persoalan di suatu negara atau kawasan dapat berkembang menjadi isu global. Pada titik inilah Indonesia hendak memberikan kontribusinya.
Kontribusi
Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, khususnya sila kedua yang berdimensi internasional, menjadi pedoman atau tuntunan dalam menjalankan politik luar negeri bebas dan aktif.
Pencapaian kepentingan nasional merupakan esensi utama dari kebijakan luar negeri yang dijalankan oleh sebuah negara. Namun dengan meletakkan kemanusiaan sebagai nilai utama menjadikan pelaksanaan politik luar negeri tersebut tidak hanya bermaslahat bagi bangsa dan negara sendiri saja, tapi juga relasi antarnegara dan tata dunia yang lebih baik.
Ia menekankan bahwa Indonesia tidak akan terjerumus pada aksi-aksi koersif dan unilteralis seperti yang ditunjukkan oleh banyak negara-negara besar dunia karena dinamika yang dijalankan pada tataran global selalu berpijak pada nilai-nilai luhur Pancasila yang dianut.
Indonesia sendiri memiliki kapasitas untuk itu mengingat tahun ini Indonesia memegang tampuk presidensi G-20 yang terdiri atas negara-negara berpengaruh di dunia dan memegang peran kunci dalam pada upaya sentralisasi ASEAN dalam menghadapi dinamika di kawasan Indo-Pasifik.
"Peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni 2022 ini harus kita sambut dan rayakan dengan suka cita. Pancasila dirumuskan oleh para pendiri bangsa dengan keyakinan kuat bahwa kita sebagai bangsa dan negara tidak hanya sekedar eksis, tapi juga bermanfaat bagi bangsa dan negara lain," ujarnya.
"Pancasila disusun oleh para pendiri bangsa agar bangsa Indonesia tidak surut dan padam dalam situasi apapun, mampu bangkit dari situasi krisis dan berdinamika kembali secara lebih baik. Pancasila disusun oleh para pendiri bangsa sebagai dasar tegaknya negara, ideologi bagi senegap bangsa, serta falsafah dalam kehidupan. Selamat memperingati hari lahir Pancasila 1 Juni 2022. Bangkit bersama membangun peradaban dunia!" tutup Wakil Ketua MPR RI tersebut. (*)