TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi V DPR Rendy Lamadjido meminta direksi maskapai penerbangan Garuda Indonesia diganti karena terbukti manajemennya sangat buruk, brutal, dan arogan sehingga tidak mampu menyelesaikan persoalan antara pimpinan dan karyawan, khususnya mengenai perbaikan kesejahteraan pilot—pilotnya.
"Persoalan yang terjadi sekarang ini sudah mulai dirasakan sejak lima tahun lalu, ibarat api dalam sekam, tetapi managemen Garuda tidak pernah memperhatikan tuntutan karyawannya," kata Rendy menjawab wartawan di Jakarta, Kamis (28/7/2011).
Celakanya lanjut politisi PDIP ini, pemerintah sudah mnengetahui kebobrokan di tubuh perusahaan penerbangan plat merah ini, tetapi masih tetap mempertahankan direksinya.
"Seolah-olah tidak ada lagi orang Indonesia yang bisa mengembangkan dan memajukan perusahaan Garuda Indonesia," tegas Rendy.
Menurut dia, aksi mogok terbang para pilot yang tergabung dalam Asosiasi Pilot Garuda(APG) karena mereka itu memang tidak puas atau kecewa kepada direksi Garuda Indonesia.
"Kesejahteraan para pilot itu memang tidak diperhatikan," kata Rendy.
Ia juga menyatakan, mempekerjakan pramugari asing (RR China) di Garuda meresahkan pramugari Indonesia. Tidak sepatutnya direksi merekrut pramugari dari luar hanya karena alasan bahasa.
"Sudah pasti gaji pramugari dari luar itu lebih tinggi, dan jelas masalah ini menimbulkan kecemburuan sosial," kata dia sembari menambahkan, pramugari Garuda itu saja yang disekolahkan, bukan mempekerjakan pramugari asing.
Ia mempertanyakan keputusan direksi Garuda yang mempekerjakan pilot asing. Mempekerjakan tenaga asing sebagai pilot tak ubahnya seperti gaya orde baru. “Ini aneh, pilot asing kan direkrut melalui agen, tentu ada transaksi-transaksi pembayaran fee disini,” ujar dia.
Ia menyatakan, penghargaan internasional yang diterima perusahaan Garuda tidak sejalan dengan kinerjanya. Seolah-olah penghargaan tersebut dibayar atau manipulasi managemen saja.
“Padahal managemen Garuda bobroknya luar biasa,” kata anggota DPR dari Dapil Sulteng ini.