Laporan Wartawan Tribunnews.com Vanroy Pakpahan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gelaran persidangan kasus suap pembangunan Wisma Atlet berubah menjadi panggung tangis. Tangis, tak hanya berasal dari pelupuk mata terdakwa Mindo Rosalina Manullang. Selasa (23/8/2011) ini, Manager Marketing PT Duta Graha Indah Tbk El Idris pun tak kuasa menahan tangis.
Dari kursi pesakitan pengadilan Tipikor, Idris tak kuasa menahan tangis kala harus mengenang kembali saat-saat dimana dirinya harus melihat jasad putranya, Mohammad Salman (19) terbujur kaku tak bernyawa. Dikisahkan Idris, putra kesayangannya itu meninggal lantaran kecelakaan lalu lintas di tol TB Simatupang pada 8 Mei 2011 lalu.
"7 Mei dia ke (Rutan) Salemba. Dia peluk saya. Minggu pagi, (tanggal)
8, mobilnya terguling," ujar Idris terisak di Pengadilan Tipikor.
Peristiwa naas itu, lanjut Idris, hanya berselang 17 hari setelah mantan Direktur Utama PT Duta Graha Indah Tbk itu tertangkap KPK atas
tuduhan menyuap Sesmenpora Wafid Muharam.
"Mungkin dia terguncang. Mungkin. Tapi cuma Allah yang tahu," imbuhnya. Idris mengaku sangat kehilangan. Dan gambaran itu memang terlihat jelas di persidangan hari ini. Idris terbata-bata mengulang kisah pilunya itu. Bahkan beberapa waktu lamanya, dia tak kuasa berkata-kata. Hanya air matanya yang deras mengalir.
Salah seorang penasihat hukum yang melihat kerapuhan Idris itu pun, cepat bereaksi memberikan tisu bagi ayah empat anak itu. Menerima tisu, Idris pun menyapu air mata yang membasahi pipinya sebelum akhirnya kembali bercerita.
"Kasus ini membuat saya jatuh, saya benar-benar tertimpa musibah besar," katanya lagi mengomentari kematian anak ketiganya itu.
Kesedihan tak hanya menaungi Idris. Dua puteri dan istri tercintanya pun ikut terselimuti kesedihan itu. Mereka pun tak kuasa menahan tangis.