TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam pemeriksaan di kantor KPK, Jakarta, Jumat (6/1/2012), Agus Condro memberitahukan penyidik pintu masuk menjerat Miranda Swaray Goeltom, calon pejabat DGS BI saat itu.
Kepada penyidik KPK, Agus menceritakan kembali kronologi pertemuan fraksi partainya dengan Miranda Goeltom di Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, sebelum Komisi IX sebelum dilakukan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) calon DGS BI di Senayan. "(Fokus pemeriksaan) ke pertemuan Dharmawangsa sama KPK minta masukan. Saya kasih masukan fakta persidangan yang Pak Emir itu," kata Agus seusai diperiksa.
Pertemuan yang dihadiri hampir semua anggota Komisi IX fraksi dari PDI P itu, dibiayai sang calon, yakni Miranda. Dan saat itu fraksi PDI-P sendiri telah berkomitmen untuk memenangkan Miranda dalam pemilihan di Komisi IX DPR pada 8 Juni 2004.
Menurut Agus, sebagai calon, Miranda lah yang membiayai pertemuan itu. Dan dalam pertemuan itu, Miranda hanya memaparkan visi dan misinya sebagai calon, tanpa ada dijanjikan sesuatu. "Enggak ada. Pembicaraan di ruang itu cuma santai-santai saja, perkenalan," ujarnya.
Dalam pemeriksaan sekitar 2 jam ini, Agus dimintai keterangan sebagai saksi untuk tersangka Nunun Nurbaeti. Dalam persidang terdakwa mantan anggota DPR sebelumnya, Nunun adalah orang yang memerintahkan anak buahnya, Arie Malangjudo, untuk membagikan 480 lembar cek senilai Rp 24 miliar ke anggota DPR terkait pemilihan DGS BI tersebut.
Selain soal pertemuan di Hotel Dharmawangsa, Agus juga memberi masukan ke penyidik KPK untuk mendalami fakta persidangan tentang kejanggalan pengembalian cek pelawat dari Ketua Fraksi PDI-P saat itu, Emir Moeis kepada anggota fraksi PDI-P lainnya yang juga menjadi terpidana dalam kasus ini, Panda Nababan.
Dinilai janggal, karena saat pengembalian itu, Emir Moeis justru sudah bisa mengatakan bahwa cek pelawat yang ia terima dari anggota fraksi PDI-P, Dudhie Makmun Murod, yang juga telah menjadi terpidana, berasal dari Miranda. Emir Moeis mengembalikan cek itu, karena Miranda adalah teman kuliahnya.
"Sehari kemudian TC itu dikembalikan kepada Panda Nababan sambil mengatakan, 'Saya tidak mau terima duit dari Miranda Goeltom'. Ini 'kan berarti Pak Emir meyakini duit ini dari Miranda, tapi dikembalikan karena Miranda teman sekuliah dia dulu. Pernyataanya terima dari Dhudie, 'kok Pak Emir kembalikan ke Panda dan kenapa beliau meyakini itu dari Miranda Goeltom," ujarnya.