News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pesawat Sukhoi Jatuh

Kisah Para Relawan 'Membunuh' Waktu

Penulis: Eri Komar Sinaga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tim SAR membawa kantong jenazah berisi korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet 100, saat tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (12/5/2012).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siapa pun mungkin sepakat, menunggu berjam-jam merupakan pekerjaan paling membosankan. Namun, bagaimana dengan menunggu seharian, dua hari, atau seminggu lebih? Apa yang harus dilakukan?

Budhi Pranoto, petugas evakuasi korban kecelakaan pesawat Sukhoi Super Jet (SSJ) 100 yang bertugas di Lanud Halim Perdanakusuma punya cerita tentang hal itu. Budhi adalah relawan dari Palang Merah Indonesia (PMI). Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai perawat, berasal dari PMI Jakarta Timur.

Sejak evakuasi korban jatuhnya pesawat SSJ 100, ia bersama rekan-rekannya standby di Halim. Mereka telah bersama-sama selama sembilan hari di sana. Ada banyak relawan di sana. Bukan hanya dari PMI, melainkan pula dari puskesmas, dan sejumlah RS di Jakarta.

Mereka semua harus cekatan. Saat helikopter mendarat di Halim, mesin ambulans harus segera menyala. Mereka mendapat tugas membawa kantong jenazah ke RS Polri Kramat Jati untuk diidentifikasi.

Jumlah mereka banyak, mencapai puluhan orang. Mereka memarkir ambulans di landasan Halim dengan rapi. Hari pertama kejadian, ujar Budhi, ambulans berjumlah 50 unit. Namun, jumlahnya dikurangi, sehingga setiap hari yang siaga hanya tinggal belasan ambulans.

Tidak semua ambulans itu mengantar kantong jenazah ke RS Polri. Sehari, kebanyakan hanya ada dua atau tiga kantong jenazah yang datang. Praktis, petugas yang lain 'nganggur'.

Pertanyaan 'sedang apa' atau 'lagi apa', menggelitik untuk ditanyakan pada pasukan sukarelawan itu.

"Ya, lihat-lihat pesawat. Lihat helikopter," ujar Budhi, seraya mengedarkan pandangannya ke Halim.

Baginya, pemandangan seperti itu adalah pengalaman baru. Sebab, ia jarang disuguhi pesawat dan helikopter.

"Atau, berkenalan dengan petugas lain di sini," cetusnya sambil tersenyum.

Kebanyakan relawan di Halim punya hobi sama. Mereka kadang asyik mengobrol di bawah pohon, berlindung dari teriknya matahari. Atau, asyik dengan telepon pribadinya masing-masing.

Syahroni, juga relawan PMI, 'membunuh' waktu dengan saling kontak antar-relawan PMI di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.

"Kontak-kontakan lah dengan teman yang di sana (Gunung Salak)," tuturnya.

Menurut Syahroni, hal itu penting dilakukan, mengingat teman-teman mereka di Gunung Salak memikul tanggung jawab yang lebih berat. Lebih penting lagi, agar selalu semangat.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini