"Setelah itu Tatang dengan 69,8 persen dan diurutan terakhir Cecep dengan 64,2 persen," kata dia.
Bila dianalisa dari hasil itu, baik dari sisi elektabilitas, popularitas dan tingkat kesukaan, duet Aher-Deddy, kata Husin, adalah pasangan yang saling melengkapi.
Aher unggul dari sisi elektabilitas dimana itu mengisyaratkan masyakarat Jabar masih menginginkan Aher kembali memimpin. Dan diperkuat oleh popularitas Deddy. " Jadi saling menambal," kata dia.
Sementara Dede Yusuf kelemahannya terletak pada sosok Lex Laksamana yang belum mengakar sampai kebawah, hanya populer di kalangan menengah-atas. Begitu pun dengan Teten, masih populer di media dan kalangan kelas menengah-atas.
"Dede sekalipun unggul dari sisi popularitas tapi bila digabungkan dengan Lex menurun. Kalau Aher-Deddy saling mengisi," kata dia.
Survei Puskaptis juga mencatatkan tingkat pengetahuan masyarakat Jabar tentang Pilkada, baru mencapai 88,7 persen. Responden yang mengatakan tidak tahu sebanyak 6,5 persen. Sertaa yang menyatakan masih bingung 4,8 persen.
"KPU harus bekerja keras lagi mensosialisasikan Pilkada. Begitupun dengan partai dan pasangan calon, juga pemerintah setempat," kata Husin.
Ditambahkannya, Pilkada Jabar adalah hajatan politik yang memiliki posisi strategis. Karena dari sisi jumlah penduduk secara nasional, bumi parahiyangan itu, sangat besar.
" Penduduknya 18,7 persen dari populasi jumlah penduduk Indonesia. Dan bila ditarik, jumlah penduduk Jabar itu sama dengan jumlah penduduk dari Aceh hingga Sumsel, sama dengan jumlah penduduk di 9 provinsi," ujar dia.
Survei Puskaptis sendiri kata Husin yang biasa dikenal dengan panggilan H2Y itu, dilaksanakan pada 12-16 November 2012. Jumlah responden yang disurvei sendiri sebanyak 1200 orang.
"Survei menggunakan metode multistage random sampling, dengan margin error lebih kurang 2,5-2,8 persen. Dan dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen," ujarnya.