TRIBUNNEWS.COM,BATAM--Duka menginggapi keluarga Ifan Hartanto (35). Ayah mertuanya, Harun, meninggal setelah menjadi korban tabrakan maut yang melibatkan putra Menko Hatta Rajasa, Rasyid Amirullah Rajasa.
Sebelum meninggal, Harun sempat berpesan kepada Ifan untuk tidak meninggalkan salat."Kalimat terakhir ketika dia meninggalkan rumah, Dik jangan tinggalkan salat ya. Setelah itu dia berangkat dan sekarang sudah meninggal," kata Ifan Hartanto sembari menitikkan air mata.
Ifan lantas menghubungkan tanda‑tanda akan datangnya musibah tersebut. Anak Ifan yang masih balita menangis terus sehari sebelum Harun meninggal dunia.
"Ada firasat anak saya yang empat bulan nangis seharian, saya bawa ke tukang urut tidak ada apa‑apa," katanya.
Kondisi luka Harun dinilainya cukup parah. Lukanya dibersihkan oleh perawat sebelum dimakamkan."Kondisi Pak Harun di RS , kening sampai belakang luka parah, tapi pas saya masuk sudah rapi, ada luka di kaki juga. Kata dokter tidak ada luka dalam tapi karena kepalanya pecah," ungkapnya.
"Saya kaget tapi saya tidak bisa berkomentar apa‑apa, saya cuma mau ngambil identitas Bapak saya masih di Pancoran (Ditlantas Polda Metro Jaya‑red)," katanya.
Selain Harun, kecelakaan itu juga menewaskan Muhammad Raihan (1,5). Rehan yang duduk di jok belakang, langsung meninggal di tempat.
Sedangkan kondisi ibunya, Enung (34), masih sakit. Pihak RS Bhayangkara sengaja belum memberitahukan perihal kematian Raihan. "Belum sampai ke situ. Supaya pasiennya tenang dulu baru kita informasikan," kata Kepala Sub bIdang Pelayanan Medis RS. Bhayangkara, dr. Yayok MS.
Yayok menuturkan Enung masih mengeluh pusing karena trauma di kepala dan beberapa luka di badan. Untuk itu, tim dokter telah lakukan serangkaian pemeriksaan, seperti CT Scan, pemeriksaan laboratorium, dan observasi.
"Nyonya E, kondisinya stabil, terdapat beberapa luka di tangan, dan mengeluh pusing. Telah dilakukan serangkaian pemeriksaan, CT scan, dan pemeriksaan lab," lanjutnya.
Menurut Yayok, trauma yang dialami korban, bukanlah trauma psikologi, hanya luka di kepala, sehingga belum diperlukan tim psikolog. Meski demikian, setelah luka di badannya diobati, tim dokter akan mengevaluasi kondisi pasien.
Dalam tiga atau empat hari ke depan akan dilihat perkembangannya. Jika semakin membaik, mungkin kurang dari tiga hari sudah bisa pulang," jelasnya.