TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siapa akhirnya yang memenangkan pertempuran Imam Bonjol dengan Diponegoro? Apakah bisa Diponegoro mempecundangi Imam Bonjol?
Pertempuran Imam Bonjol dengan Diponegoro adalah analogi pertempuran Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan Partai Keadilan Persatuan Indonesia (PKPI) mengacu kepada domisili masing-masing di Jakarta.
"Diponegoro (PKPI) dipecundangi Imam Bonjol (KPU)," ujar Didi Supriyanto, sekjen Partai Demokrasi Pembaruan, saat diskusi dan bedah buku 'Skandal Imam Bonjol', di markas PKPI, Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat, Jumat (15/2/2012).
Ucapan Didi itu langsung dikomentari Sutiyoso (ketua umum PKPI) bahwa tidak sepatutnya mereka kalah karena pangkatnya lebih tinggi.
"Padahal pangkatnya lebih tinggi Diponegoro ya," celutuk Sutiyoso. Ungkapan Sutiyoso itu kemungkinan mengacu kepada pejuang Pangeran Diponegoro dengan Tuanku Imam Bonjol.
Ungkapan spontanitas tersebut memang sarat makna. Di lain pihak, PKPI merupakan 'rumah bersama' aliansi Partai Politik Penegak Konstitusi (AP3K). AP3K merupakan kumpulan partai politik yang gagal menjadi peserta Pemilu 2014.
Hubungan antara PKPI dengan KPU memang sedikit memanas akhir-akhir ini. Setelah sempat dinyatakan lolos menjadi peserta Pemilu 2014 oleh Bawaslu, KPU tidak bersedia melaksanakan.
Sutiyoso yang sebelumnya sudah merasa menang, tidak bisa berkata apa-apa. Purnawirawan jenderal bintang tiga itu merasa dipermalukan.
Jadi, kita tunggu. Apakah Diponegoro benar-benar bisa mengalahkan Imam Bonjol.