TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi PDIP Sukur Nababan disebutkan telah delapan kali berturut-turut tidak mengikuti rapat paripurna DPR RI karena sakit. Rekan sefraksinya, Arya Bima akhirnya angkat bicara terkait tidak hadirnya Sukur Nababan berturut-turut dalam rapat paripurna DPR.
“Saya pribadi sesama anggota Komisi VI DPR yang suruh Sukur untuk istirahat dari segala aktivitas, termasuk kerja di DPR. Saya suruh dia segera berobat ke luar negeri. Pasalnya, saat menghadiri acara yang dibuatnya di Gelora Senayan, saya lihat dia berbicara dengan pelo dan mulutnya agak miring. Di situ juga ada Mbak Puan (Ketua Fraksi PDIP),” kata Wakil Ketua Komisi VI DPR ini, Rabu (3/4/2013).
Bima menegaskan, dirinya juga sempat mengunjungi Sukur ke luar negeri saat melakukan pengobatan.
“Saya bersama rekan juga sempat melihat Sukur yang berobat ke Malaysia. Sepertinya saat itu dia kena stroke, karena mulutnya terlihat miring,” tegas Bima.
Menurut Bima, persoalan Sukur ini semata hanya kesalahan administrasi.
“Dia sudah mengirimkan surat izin ke fraksi. Nah masalahnya, fraksi pikir pihak Sukur melalui sekretaris atau stafnya meneruskan surat izin itu ke Kesekjenan DPR, begitu juga sebaliknya Sukur juga berfikir fraksi yang mengirim ke sekjen. Jadi, ini hanya persoalan administrasi saja,” tandas Bima.
Yang lebih menjadi persoalan, lanjut Bima adalah mengapa pihak Sekjen dan Badan Kehormatan (BK) DPR baru mengetahui setelah Sukur tidak masuk selama delapan kali.
“Harusnya, ketika sudah tiga kali tidak masuk, maka hal itu sudah ditegur. Ini kok setelah kejadian itu terjadi sebanyak delapan kali. Hemat saya, kendati harus dilakukan hukuman, maka Sukur bisa dikenakan teguran atau sanksi saja. Tapi, persoalannya yang bersangkutan memang sedang sakit,” imbuhnya.
Sebelumnya, anggota Badan Kehormatan (BK) Alimin Abdullah mengatakan, pihaknya memberi kesempatan pada Sukur untuk melakukan pembelaan dengan melengkapi data yang menyebutkan dirinya sakit.