TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Jorhans Kadja, adik Hendrik Angel Sahetapi mengaku bingung dan tidak paham dengan penilaian beberapa pihak terutama dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebut 11 prajurit Kopassus TNI-AD sebagai kesatria dan bertanggungjawab.
"Kami tidak mengerti mengapa ada label kesatria seperti itu. Kalau dikatakan mereka patriot dari segi mana. Jujur kami bingung dengan penilaian itu," kata Jorhans ketika ditemui Tribunnews.com di gedung DPR RI Jakarta, Kamis (11/4/2013) sore, usai mengadu kepada Komisi III DPR RI.
Jorhans Kadja adalah adik Hendrik Angel Sahetapi satu dari empat narapidana Lapas Cebongan Sleman yang meninggal ditembaki oleh amnggota Kopassus. Tiga lainnya yang meninggal adalah Yohanes Juan Manbait, Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, dan Adrianus Candra Galaja.
Ke-11 oknum Kopassus ini berdasarkan Tim Investigasi bentukan TNI-AD disebut sebagai pelaku penembakan terhadap empat tahanan Lapas Cebongan Sleman Jogjakarta 23 Maret 2013 lalu.
Menurut Jorhans agak aneh juga jika dikatakan pembunuh kakaknya di Lapas itu disebut sebagai kesatria. 'Yang mereka bantai bukan adik saya tetapi yang dibantai adalah negara karena yang mereka serbu (Lapas) adalah rumah negara,' kata dia.
Atas kejadian yang menimpa adiknya itu, Jorhans mengatakan keluarganya harus ikhlas menerima keadaan ini. "Kalau kami diijinkan memutar waktu ini maka ijinkan kami untuk meminta maaf atas apa yang terjadi dan masalah seperti ini jangan terulang lagi," katanya.
Yang tidak mereka terima adalah label premanisme yang diberikan kepada adiknya itu. "Kami ke DPR ini untuk mengklarifikasi soal cap premanisme dan labelisasi itu. Kami juga meminta Komisi III agar membentuk Tim Independen dalam kasus ini supaya persoalan ini menjadi jelas kepada masyarakat dan independen," kata Jorhans.