TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Wakil Bupati Bogor, Karyawan Faturachman menduga dugaan suap penerbitan izin Tanah Pemakaman Bukan Umum (TPBU) 100 hektare di Jonggol, terkait persaingan bisnis tanah di Bogor.
Menurut Karfat, seharusnya izin penggunaan lahan untuk makam elite di Jonggol itu bisa diterbitkan tanpa suap dan makelar. Alasannya, BPT sudah menerbitkan izin yang diinginkan pemohon, sebelum pemohon dan sejumlah orang yang diduga makelar ditangkap KPK.
"Sebetulnya tak perlu lobi khusus, kalau memang peruntukan sesuai dan dibolehkan. Tinggal ajukan pembayaran biaya-biaya retribusinya," tutur Karfat.
Ia mengaku belum tahu motif di balik skandal suap ini, apalagi Iyus diduga KPK sebagai makelarnya. "Mungkin pemohon ini jadi pesaing bisnis. Mungkin dia memakai uang bank untuk modalnya. Sementara, dia ingin sesegera mungkin mengembalikan pinjaman bank itu, karena setiap hari bungangnya kan bertambah. Kalau. Surat izinnya tidak cepat diambil, maka bisa diambil duluan sama yang lainnya, pesaingnya," jelas Karfat.
Mengenai nama Sui Teng alias Cahyadi Kumala yang tersohor di dunia bisnis tanah Bogor, Karfat juga tahu. Namun, ia mengaku belum mengetahui ada-tidaknya keterkaitan pebisnis tersebut dengan Sentot Susilo ataupun kaitannya dengan PT GP. "Mungkin apa dia yang membiayainya, saya nggak tahu," ujarnya.
Yang pasti Karfat diap lahir batin, apabila diperiksa KPK terkait skandal suap ini. Karfat mengaku bersyukur bisa mempertahankan pola hidup sederhana, meski jadi Wabup. "Semua di sini tahu, kalau saya melarat, nggak punya mobil, apalagi kebun. Silakan cek. Gaji saya Rp 5,4 juta (per bulan). Sampingannya nggak ada," ujarnya.
"Paling saya dagang sarung dan kopiah. Itu juga lakunya paling-paling satu. Istri saya juga cuma satu. Kan ada bupati lain yang istrinya dua atau tiga," tutur Karfat seraya tersenyum.
Mengapa bahagia hidup melarat? Karfat mengaku punya pegangan hidup, bahwa dalam menjalani hidup di dunia tak perlu takut ke neraka atau masuk penjara. Sebelum hal itu terjadi, ia berpegangan petuah, takut pada diri sendiri.
"Diri kita itu harus punya rasa malu, segan, pamali, untuk melakukan hal-hal yang dilarang," tuturnya. Itu sebabnya kala terbongkar skandal suap, Karfat meradang.
Karfat akan menanyakan masalah itu kepada Bupati, Rachmat Yasin, sepulang umroh nanti. Ia belum tahui kapan Yasin pulang ke Tanah Air. (Abdul Qodir/Nicolas Timothy)