TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Islamic Solidarity Games (ISG) yang sedianya akan digelar di Pekanbaru, Riau, akhirnya digeser ke Jakarta dengan alasan ada beberapa permasalahan di Pekanbaru yang tidak bisa diselesaikan dalam waktu dekat. Namun kesiapan Jakarta untuk mengadakan event tersebut juga dipertanyakan, terutama masalah pendanaan.
Menurut anggota Komisi C DPRD DKI yang membidangi masalah anggaran, Ahmad Husin Alaydrus, pendanaan untuk menyediakan sarana dan prasarana event tersebut yang mencapai Rp 200 miliar patut dipertanyakan. Ia berharap Pemprov DKI berpikir ulang untuk menyelenggarakan event olahraga tersebut.
"Jangan sampai lantaran dipaksakan, akhirnya penyelenggaraannya tidak maksimal. Seharusnya Pemprov DKI berpikir secara matang terlebih dahulu. Terutama terkait kesiapan sarana dan prasarana maupun pendanaannya,” ujar politisi Partai Demokrat itu dalam keterangan persnya, Jumat (17/5/2013).
Husin mencontohkan, misalnya terkait sarana dan prasarana seperti stadion. Di Jakarta sendiri, sarana olahraga yang memiliki standar internasional hanya dua, yakni Istora Senayan dan Stadion Lebak Bulus. Untuk Stadion Lebak Bulus rencananya akan dibongkar. Sehingga hanya akan menyisakan Istora Senayan. Belum lagi pendanaan untuk membiayai event tersebut yang dinilainya tidaklah sedikit.
"Anggaran bisa mencapai Rp 200 miliar, uangnya dari mana? Ini harus dipikirkan. Karena ketidaksiapan, jangan sampai ajang olahraga ini berantakan dan malah memberikan citra buruk bagi Jakarta di mata dunia internasional," ucapnya.
Seperti diketahui, Gubernur DKI Jakarta Jokowi menyatak kesiapan daerahnya untuk menjadi tuan rumah ISG. Kesiapan tersebut disampaikan Jokowi usai bertemu dengan Menpora Roy Suryo beberapa waktu lalu. Acara tahunan ini seharusnya digelar pada 6-17 Juni.
Namun karena adanya perubahan lokasi, maka acara diundur menjadi tanggal 22 September hingga 1 Oktober. Adapun pada perhelatan olahraga internasional ini, lebih dari 50 negara tercatat menjadi perserta yang akan mengikuti ISG tahun ini.