Laporan wartawan tribunnews.com Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bom rakitan yang digunakan pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso, Sulawesi Tengah, Senin (3/6/2013) ternyata hampir sama dengan bom yang pernah diamankan tim Densus 88 Antiteror di Enrekang, Makassar, Sulawesi Selatan.
Demikian diungkapkan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa (4/6/2013).
"Tapi ini mirip dengan yang pernah kita temukan di Sulawesi Selatan menggunakan Tupperware, kontainernya rantang dan Kandungan memang material khas, Ada alat-alat atau benda-benda khas. Ada juga bahan mengandung unsur zat besi," papar Boy.
Pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso meletakan bom tupperware di motornya di bagian depan dan diapit dua pahanya. Sehingga saat meledak tubuhnya terpental dan mengalami rusak berat. Untungnya muka pelaku masih bisa dikenali. Memang bom ini mempunyai daya ledak cukup besar.
Dalam kejadian tersebut pelaku bom bunuh diri meninggal dunia, sementara seorang pekerja bangunan terkena serpihan ledakan bom tupperware dan mengalami luka ringan.
"Sementara seorang laki-laki pekerja bangunan hanya sat luka pada bagi lengan kiri tidak fatal dan hanya menjalani rawat jalan sedikit," ucap Boy.
Dalam sejumlah penggeledahan Densus 88 Antiteror Polri, Bom rantang atau bom tupperware pertamakali ditemukan saat dilakukan penyisiran di Gunung Biru, Tamanjeka, Poso, Sulawesi Tengah, Oktober 2012 lalu.
Bom rantang seberat 10 kilogram tersebut ditemukan petugas ditanam dalam tanah dan berfungsi sebagai ranjau. Bila orang menginjaknya maka akan meledak.
Pengungkapan tersebut diawali saat petugas mengungkap tempat pelatihan kelompok teroris pimpinan Santoso di Gunung Biru setelah dua anggota polisi ditemukan tewas di Dusun Tamanjeka, Poso.
Ternyata pengembangan bom rantang tersebut ditemukan tim Densus 88 Antiteror Polri saat melakukan pengungkapan teroris di Makassar, Densus 88 Antiteror Polri menembak mati dua terduga teroris yang sudah menjadi target Jumat (4/1/2013). Abu Uswah dan Hasan alias Khalil ditembak tim Densus 88 Antiteror Polri di depan Masjid Nur Alfiah, Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
Dari kedua pelaku, polisi mendapatkan barang bukti berupa granat aktif dan senjata api. Kemudian pada hari yang sama, di Terminal Daya, Makassar, tim Densus pun menangkap Syarifuddin dan Fadli yang sempat meloloskan diri saat penggerebekan di depan Masjid Nurul Alfiat.
Abu Uswah dan Hasan alias Khalil teridentifikasi terlibat serangkaian aksi teror di Poso, Sulawesi Tengah serta penembakan yang menewaskan empat personel Brimob di Poso. Selain itu Abu Uswah merupakan otak aksi pelempar bom terhadap Gubernur Sulawesi Selatan dan menjadi instruktur pembuatan bom.
Setelah menangkap dua terduga teroris kemudian tim Densus melakukan penggeledahan di rumah Fadli yang terletak di Desa Kalosi, Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang. Hasilnya ditemukan rangkaian-rangkaian elektronik, sisa-sisa bahan peledak urea nitrat, alat-alat untuk membuat bom, dan satu buah pipa cashing bom.
Kemudian, penggeledahan berlanjut ke tempat penggilingan kopi yang merupakan tempat Fahri menyimpan bom. Ditemukan empat buah bom pipa aktif saat itu. Lalu dilakukan penggeledahan di rumah Syarifudin di Desa Kalosi, Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang. Dari tempat tersebut berhasil disita paku-paku, peta wilayah Kecamatan Alla, dan buku-buku jihad.
Dari pengembangan tersebut diamankan Fahri, yang bersangkutan dititipi bom oleh Syaridudin dan disimpan di kebunnya di Desa Bolang, Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang. Dari penyisiran tim kembali menemukan 16 bom pipa dan 16 buah detonator.
Setelah itu, dilakukan penggeledahan di Kebun milik Syarifudin di Desa Bolang, Kecamatan Alla, Kabupaten Enrekang. Densus 88 kembali menemukan dua buah bom tupperware seberat masing-masing tujuh kilogram, satu buah bom tapperware seberat dua kilogram, satu karung berisi 25 kilogram amunium florat, satu kantong amunium florat yang sudah dicampur dengan solar, 50 kilogram pupuk urea.