News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Naik Sepeda Dari Surabaya, Pukaman Puas SBY Turuti Aspirasinya

Penulis: Theresia Felisiani
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Polisi membantu warga Syiah, Sampang, Madura, Jawa Timur menyimpan sepeda mereka untuk berunjuk rasa ke areal Monumen Nasional, Jakarta, Jumat (21/6/2013). Mereka datang untuk berunjuk rasa menuntut kebebasan beribadat dan penyelesaian konflik dengan warga sunni. KOMPAS/LUCKY PRANSISKA

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Theresia Felisiani

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi pria paruh baya berumur 52 tahun ini bisa dikatakan nekat. Pasalnya Pukaman warga Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur ini nekat menjadi peserta gowes sepeda dari Surabaya menuju ke Jakarta.

Aksi ini diikuti oleh 10 orang pegowes Syiah Sampang, termasuk Pukaman yang selama 16 hari mulai 1 Juni - 16 juni 2013 menggowes sepeda dari Sampang menuju ke Jakarta, sampai akhirnya bisa bertemu dengan presiden SBY. Dan pulang membawa kabar baik bagi keluarga dan pengungsi lainnya di Rusunawa Puspo Argo, Sidoarjo.

Kabar baik tersebut yakni orang nomor 1 di Indonesia, itu menjanjikan akhir Juli nanti para pengungsi bisa kembali ke kampung halaman. Selain itu, SBY juga menjanjikan akan membangun infrastruktur di wilayah konflik tersebut.

Saat ditemui Tribunnews.com di kantor Dewan Pimpinan Pusat Ahlulbait Indonesia (ABI), Jakarta Selatan, Pukaman menceritakan perjuangannya sebagai peserta gowes yang paling tua.

"Dari 10 orang penggowes, saya yang paling tua. Saya juga yang tidak bisa naik sepeda. Saya belajar sepeda dulu selama tiga hari penuh. Habis itu saya baru ikut rombongan berangkat ke Jakarta," ucap Pukaman.

Diutarakan pria yang sehari-harinya bekerja bertani ini, selama tiga hari itu, ia belajar naik sepeda di lapangan, di jalanan yang sepi dan di jalan raya. Tak jarang saat belajar, Pukaman yang tidak taman pendidikan SD ini seringkali jatuh bangun dari sepada yang dikayuhnya tersebut.

Lalu setelah lancar barulah ia siap bergabung bersama rombongan menempuh perjalanan berpuluh-puluh kilometer demi sampai di ibukota.

"Saya memang yang paling tua, dan Alhamdulilah selama di jalan saya kuat, dan sampai Jakarta dengan selamat. Yah paling hanya pegal-pegal saja," katanya.

Pukaman menuturkan alasan dirinya rela mengayuh sepeda ke Jakarta yakni untuk bisa bertemu dengan SBY, dan meminta bantuan SBY segera memulangkan para pengungsi ke kampung halaman mereka di dua desa yakni Karang Gayam dan Bluuran.

Sampai pada akhirnya, perjuangan keras membawa hasil, 10 pegowes yakni Pujadin, Pukaman, Mahrus, Matrosyid, Jeli, Anwar, Rohman, Muis, Syamsuri dan Abdul basyid diterima oleh presiden SBY di Cikeas pada 14 Juli 2013 pukul 21.00 wib.

Hal unik yang tidak bisa dilupakan oleh Pukaman yakni ayah sembilan anak itu sempat nyasar dan tertinggal rombongan. Bahkan Pukaman menerobos lampu merah saat berada di Surabaya. Alasan Pukaman menerobos lampu merah sangatlah sederhana, yakni hanya karena ia tidak mengerti rambu lalulintas.

"Saya gak tahu kalau merah itu artinya berhenti, namanya orang desa. Pas saya terobos yang lain teriak-teriak, saya di tlaksonin mobil-mobil. Ya sempet heboh juga. Tapi maklum lah namanya gak tahu. Kalau sekarang saya mengerti kalau merah itu harus berhenti," terang Pukaman.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini