Diungkapkan, ruang kerjanya berada di lokasi terpisah dengan gerbang pertama, ruang portir, mesin X-ray. "Ruang kerja saya di lantai II, gedung paling depan. Kalau saya mau masuk ke LP Narkoba Cipinang harus keluar gedung dulu kemudian masuk lewat pintu gerbang utama," katanya.
Thurman sempat membuat denah LP Narkoba Cipinang di kertas yang disodorkan Tribunnews. Apakah ada pintu penghubung antara ruang kerja Kalapas dengan gerbang utama? "Memang ada pintu tetapi selalu terkunci. Kunci dibawa Kepala TU. Saya sangat jarang lewat pintu itu," katanya.
Kalaupun pintu itu dibuka, kalau mau masuk ke ruang kerja Kalapas tidak mungkin melalui portir dan lokasi pemeriksaan pengunjung karena berada di gedung berbeda.
"Jadi saya bingung, Vanny lewat mana. Kalau boleh saya sebut, Vanny itu pengunjung siluman," kata Thurman.
Selain itu, di lantai I gedung tempat ruang kerjanya, ada resepsionis. Sedangkan di depan ruang kerjanya ada meja sekretaris.
"Jadi, kalau masuk ke ruang kerja saya pasti bertemu sekretaris," katanya.
Lalu ruang kerja siapa yang dipotret Vanny? "1000 Persen saya katakan itu bukan ruang kerja saya. Kalau ingin tahu, minta Vanny menunjukkan ruang yang dia maksud. Saya juga tidak tahu ruang siapa yang ada di foto itu," tegasnya.
Thurman mengaku kecewa mengapa aparat penegak hukum tidak memproses pengakuan Vanny sebagai pengguna narkoba, pernah melakukan aborsi, dan mengetahui adanya suap kepada petugas LP Narkoba Cipinang.
"Harusnya diungkap lebih lanjut dong. Mengkonsumsi narkoba, aborsi dan mengetahui adanya suap kan merupakan tidak pidana," katanya.
Kini Thurman berstatus nonjob di Direktorat Lembaga Pemasyarakatan, Kementerian Hukum dan HAM. "Saya nggak mungkin mengorbankan karier saya. Apalagi mau menerima uang lendir. Saya masih mencintai dan loyal kepada negara ini," katanya.