EKSLUSIF TRIBUN SUMSEL
TRIBUNNEWS.COM,PALEMBANG--Nama pengusaha Palembang Sengman kembali mencuat. Ia disebut oleh Ridwan Hakim, anak bos PKS Hilmi Aminuddin, sebagai orang yang membawa uang Rp 40 miliar dari PT Indoguna Utama untuk diserahkan kepada Presiden SBY.
"Kalau soal 40 itu dibawa sama Sengman. Sengman sendiri sudah saya jelaskan ke penyidik. Jadi kalau mau tahu yang 40 itu tanyakan saja ke Sengman," kata Ridwan Hakim yang menjadi saksi dugaan suap impor daging sapi dengan terdakwa Ahmad Fathanah di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Kamis (29/8).
Namun kesaksian Ridwan itu dibantah oleh Sengman melalui orang kepercayaannya di Palembang. Saat dihubungi Tribun Sumsel via telepon. Kamis (30/8) malam, SL yang tidak bersedia disebutkan nama lengkapnya menegaskan, bosnya itu tidak terlibat kasus suap impor daging sapi yang juga menyeret Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq.
Sejak menyelesaikan proyek Palembang Square (PS) di Jalan POM IX 2004, Sengman lanjut menekuni bisnis kontruksi jembatan di Singapura dan Malaysia.
SL mengaku putus komunikasi dengan Sengman sejak nama bosnya itu disebut-sebut terlibat kasus impor sapi. Perjumpaanya dengan Sengman terakhir saat ia dan Sengman sama-sama ke Jakarta. Itu pun sudah beberapa bulan lalu.
Selama bekerja dengan Sengman, ia mengetahui atasannya itu hanya menekuni bisnis properti dan kontruksi. Dalam pertemuan dengan Tribun beberapa bulan lalu, SL langsung menelepon Sengman untuk meneruskan pertanyaan Tribun Sumsel.
Sekitar dua menit kemudian, pria itu menjelaskan bahwa Sengman dalam percakapan telepon itu membantah ikut terlibat pada kasus impor daging sapi. Sengman selama di Sumsel lebih dikenal sebagai pebisnis di bidang properti. Proyek unggulan pertamanya yakni pembangunan Komplek Ilir Barat Permai (IBP) di Jalan Radial di sekitar tahun 90-an. Komplek itu menghadirkan pusat perbelanjaan, hotel, rumah toko (ruko), dan rumah kantor (rukan).
Tribun Sumsel lalu menjumpai kembali orang kepercayaan Sengman, Kamis. Pria itu tetap menyatakan, Sengman tak pernah ikut bisnis impor daging.
Berbeda dengan keterangan sebelumnya, Sengman menurutnya, memang pernah dikenalkan oleh temannya dengan seorang pengusaha daging. Tetapi hanya sebatas pertemuan singkat itu saja, tak ada jalinan kerjasama.
"Handphone-nya sudah beberapa bulan ini tidak aktif. Dia (Sengman-red) bisa menghubungi tetapi tidak bisa dihubungi," ungkap SL
Ia mengakui, Sengman sebagai pengusaha memang dikenal dan dekat dengan banyak orang. Namun, Sengman yang baru menjalani operasi jantung tak pernah bisnis sapi ataupun ikut kegiatan partai.
Seperti halnya Sengman, pihak istana juga membantah kebagian fee suap di balik pengaturan impor daging sapi yang menyeret mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq sebagai terdakwa. Jubir Presiden menampik adanya utusan Istana, Sengman untuk mengambil jatah fee suap, seperti bukti rekaman percakapan Fathanah dengan Ridwan Hakim, anak Ketua Dewan Syuro PKS Hilmi.
Juru Bicara Presiden Julian Aldrian Pasha, di Istana Negara Jakarta, Jumat (30/8), mengatakan tidak mengtahui siapa yang dimaksud Sengmen utusan SBY yang dalam persidangan disebut sebagai utusan SBY yang menerima Rp 40 miliar dalam kasus sapi impor, bernama Sengmen.
"Apa itu Sengmen?" kata Julian bertanya balik, ketika ditanyai wartawan.
"Nama orang?" tanya wartawan.
"Saya tidak bisa menanggapi. Saya tidak mengerti itu apa, konteksnya apa. Sengmen itu siapa?" kata Julian.
Julian mengaku tidak pernah mendengar nama itu di lingkungan Istana. Presiden SBY, kata Julian, juga tidak punya staf bernama Sengmen. Apakah sudah dilaporkan ke Presiden SBY? "Belum ada dari kami yang melaporkan kepada beliau (Presiden)," jawab Julian.
Menurut Julian, mungkin bukan Presiden SBY yang dimaksud. "Kan Presiden banyak. Ada Presiden Taksi, Presiden Perusahaan," kata Julian.
Tapi di persidangan jelas disebut Presiden SBY? "Presiden kita siapa? Presiden namanya kita?" kata Julian.
Dijelaskan tidak mungkin ada utusan Presiden SBY meminta uang terlibat dalam kasus seperti itu.
"Utusan presiden kan jelas. Ini kan lembaga kepresidenan. Kalau disebutkan dia utusan presiden kan jelas, dasarnya apa. Kami kan semua ada dasarnya. Kan bukan personal. Apakah itu berupa Kepres, atau surat yang dikeluarkan melalui Setneg. Kalau ngomong utusan presiden, nggak jelas. Mungkin bukan presiden pak SBY saya kira," kata Julian.
Partai Demokrat enggan menanggapi nama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang disebut-sebut dalam sidang perkara dugaan suap impor daging sapi. Demokrat menganggap hal itu merupakan ranah hukum.
"Saya nggak mau berkomentar, sudah masuk ranah hukum, takutnya saya dianggap yang paling tahu, tidaklah, saya kira biarkan hukum berjalan," kata Wakil
Sementara Politisi asal Palembang, yang tak lain Wakil Ketua Partai Demokrat Marzuki Alie mengakui mengenal seorang yang disebut sebagai utusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam kasus suap impor daging Sapi, Sengman.
"Saya kenal di Palembang, kemudian tidak terlihat di Palembang, karena hotel yang dimiliki sudah dijual," kata Marzuki Alie di Gedung DPR, Jakarta, Jumat.
Meskipun mengenal Sengman, Marzuki mengatakan tidak dekat dengan pengusaha tersebut. Saat di Palembang tahun 2009, Marzuki mengaku menjabat sebagai sekretaris tim pemenangan SBY. Tetapi nama Sengman tidak berada dalam tim tersebut. "Apa urusan dengan Partai Demokrat. Saya sejak awal di PD, tidak pernah lihat dia ada di PD," katanya.
Mengenai penyebutan nama SBY di sidang tindak pidana korupsi, Marzuki yakin Sengman menjual nama Ketua Umum Demokrat. "Oh itu bohong saja, mungkin dia jual nama. Bohonglah itu," imbuhnya.
Mantan Menteri Keuangan Rizal Ramli mengaku mengenal Sengman. Pengusaha tersebut disebut-sebut di pengadilan suap daging Sapi sebagai utusan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"Sengman ini bisnisman yang pertama kali menyumbang SBY masuk politik. Jadi deket banget. Masa istana membantah," kata Rizal usai diskusi di DPD, Jakarta, Jumat (30/8).
Rizal mengatakan Sengman merupakan pengusaha di Sumatera Selatan dan merupakan orang yang berada di belakang SBY secara finansial.
"Jadi memang ini semua akhirnya akan mengarah ke istana hitam. Kalau istana putih itu istana merdeka dimana yang baik-baik yang normatif dibahas. Yang aneh-aneh itu istana hitam. Di mana lokasinya siapa penghuni saya engga tahu," katanya. (tribunnews/aco/fer/edw)