TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Wakil Ketua MPR Melani Leimena Suharli, menyambut baik gagasan mengabadikan nama pahlawan proklamator menjadi nama jalan di Ibukota. Ini upaya yang baik untuk lebih meningkatkan kesadaran generasi muda untuk lebih memahami perjuangan para pahlawan bangsa.
”Saya setuju penggantian nama jalan itu. Semata untuk mengenang dan menghargai jasa pejuang kemerdekaan ini. Generasi kita saat ini dan mendatang, telah menikmati hasil perjuangan para pahlawan tersebut,” ujar Melani Suharli, Selasa (3/9/2013) menanggapi rencana pergantian nama di kawasan Medan Merdeka, Jakarta Pusat yang diusulkan Panitia17 pimpinan mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie pada Gubernur DKI Jakarta
Kawasan Medan Merdeka diusulkan menjadi Jalan Soekarno dan Jalan Hatta kata Jimly, karena letaknya yang strategis. Ia mengungkapkan, di kawasan itu, terdapat berbagai lembaga pemerintahan, seperti Istana Presiden, Istana Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, dan kementerian atau lembaga negara lainnya.
Menurut Melani, yang juga anggota Dewan Pembina Partai Demokrat ini, dengan mengingat dan mengimplementasikan perjuangan para pahlawan, maka kita diingatkan untuk tidak mencederai jerih payah perjuangan para pahlawan yang telah membaktikan dirinya untuk kepentingan bangsa dan negara.
Selain mendukung pemberian nama jalan dengan nama pahlawan, Melani mengusulkan agar upaya menghargai pahlawan tidak berhenti pada pemberian nama jalan saja. Daerah atau provinsi yang memiliki pahlawan nasional yang berasal dari daerah itu, mestinya membuat monumen, patung, maupun prasasti dan riwayat perjuangannya. Tujuannya agar masyarakat di daerah lebih mengetahui sosok pahlawan yang berasal dari daerahnya sendiri.
Melani yang akan kembali maju sebagai calon anggota legislatif dari daerah pemilihan DKI II (Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat) ini juga mengusulkan agar Pemerintah Daerah lebih banyak lagi melakukan sosialisasi peran tokoh pahlawan nasional yang berasal dari daerahnya, dalam bentuk buku bacaan menarik dan dihiasi foto atau gambar, sehingga mudah dipahami pelajar dan masyarakat umum.
“Lebih bagus lagi buku-buku pahlawan itu juga dibagikan ke sekolah dari tingkat SD-SMA. Ini bentuk penanaman nilai perjuangan. Tinggal formatnya dibuat menarik, jadi tidak membosankan,” ujar Melani.(js)