Laporan Wartawan Tribun Jogja Hendy Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Mungkin, Pemprov Daerah Istimewa Yogyakarta bisa besenang hati, karena potensi lokasi wisata yang dimilikinya bertambah satu: Rumah Djoko Susilo, koruptor pengadaan simulator kemudi Mabes Polri.
SEORANG pria berambut putih, tengah asyik berjalan kaki di depan sebuah rumah bernuansa klasik di daerah Langenastran Kidul, satu hari dalam bulan Agustus 2013.
Pak Watono, begitu warga setempat biasa memanggil Ketua RW II Langenastran, Panembahan Keraton itu.
Langkah Watono kemudian melambat, lantas terhenti. Ia terheran-heran, melihat satu pengemudi becak tengah asyik memandu dua orang yang tampak berbahasa melayu khas negeri jiran, Malaysia, di depan rumah milik Mantan Kepala Korps Lalu Lintas (Korlantas) Mabes Polri, Inspektur Jenderal Djoko Susilo tersebut.
Tak berselang lama, si pengemudi menghentikan becaknya, dan mempersilakan kedua penumpangnya itu turun. Sembari menunjuk ke arah depan rumah bergaya Jawa dan Indis, ia mengatakan: "Ini rumah yang disita KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)."
Seakan mendapat aba-aba, kedua penumpang becak itu segera mengarahkan lensa kameranya tepat ke papan pengumuman sitaan oleh KPK yang terpampang di bagian depan rumah Djoko Susilo itu.
"Saya lalu bertanya kepada pengemudi becak itu, perihal kedua orang yang memotret tersebut. Ia menjawab, Ini turis dari Malaysia pengin tahu rumah yang disita KPK. Makanya saya antar ke sini," ujar Watono, menirukan pebecak tersebut.
Sedot Wisatawan
Rumah besar bergaya Jawa dan Indis di sekitaran Alun Alun Kidul itu, memang sempat menyedot perhatian publik. Terlebih, setelah KPK menyita rumah itu atas kasus pencucian uang oleh mantan Komandan Korlantas Polri, Djoko Susilo beberapa waktu lalu. Tak kurang dari Rp 2 miliar dihabiskan Djoko untuk membeli rumah tersebut.
Ternyata, pemberitaan mengenai kasus ini tak hanya menarik perhatian warga lokal. Turis asing bahkan sengaja datang ke Langenastran Kidul untuk melihat secara dekat rumah sitaan negara.
Kepada Tribun Jogja, Ketua RW II Langenastran, Panembahan Keraton, Watono mengisahkan banyak wisatawan asing yang menyempatkan diri berhenti sebentar di depan rumah itu, sekadar untuk memotret.
Rumah dengan pagar setinggi hampir dua meter tersebut, sebelumnya ditinggali dua orang yang ditugasi menunggu. Namun kemduian kosong sejak diketahui bahwa rumah tersebut milik Djoko Susilo sekitar setahun lalu.
Kekinian, kata Watono, rumah itu dimanfaatkan pemuda untuk melakukan kegiatan organisasi. Seperti rapat, arisan warga sampai menggelar malam tirakatan jelang peringatan kemerdekaan RI bulan lalu. Hanya saja, masyarakat tetap merawat rumah dengan cara membersihkannya.
Saat Tribun Jogja mendatangi rumah bertuliskan 'Supraban' di pagar depannya itu, Minggu (8/9/2013), terlihat memang lebih rapi dari sebelumnya.
Rumpur liar yang tinggi sudah tidak tampak di halaman depan. Tampak tiga sepeda motor dan satu kereta kelinci diparkir di pelataran.
"Buat kumpul-kumpul kalau siang. Tapi kalau malam engga ada yang menunggui," tandas Watono.