TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta aparat kepolisian dan intelijen untuk menelusuri sosok Bunda Putri, langkah Presiden SBY tersebut dinilai berlebihan dan panik.
"Presiden panik, ini terlihat dari langkahnya yang meminta polisi dan intelijen untuk menelusuri Bunda Putri. Ini sesuatu yang berlebihan," kata pengamat politik UI Hamdi Muluk, Selasa (15/10/2013).
Hamdi yang juga pakar psikologi politik ini memaparkan, SBY tidak bisa memisahkan urusan antara pribadi dan sebagai kepala negara. Langkah yang dilakukan SBY dengan menginstruksikan polisi dan intelijen untuk menelusuri Bunda Putri itulah, yang menguatkan dugaan Hamdi bahwa SBY sudah panik.
Menurutnya, sebagai kepala negara tidak usah menanggapi secara berlebihan atas pernyataan Luthfi Hasan Ishaq yang menyebut Bunda Putri kenal SBY dan mengetahui rencana reshuffle. SBY pun seharunya, meminta KPK atau pengadilan menghadirkan saja Bunda Putri dipersidangan.
"Kalau ingin menanggapi, seharusnya presiden tinggal minta KPK dan pengadilan hadirkan Bunda Putri karena namanya disebut-sebut dalam persidangan," kata Hamdi.
Lebih lanjut, langkah SBY yang meminta polisi dan kejaksaan menelusuri Bunda Putri pun dikatakan Hamdi sama saja melakukan kesalahan untuk yang kedua kalinya. Menurut Hamdi, masyarakat sudah mengetahui sosok Bunda Putri dari media massa yang mengupas habis sosoknya.
"Dua kali SBY melakukan blunder (kesalahan yang tidak perlu), saat menyebut Luthfi pembohong, lalu saat memerintahkan polisi dan intel telusuri Bunda Putri. Padahal masyarakat sudah mengetahui siapa Bunda Putri itu dari media massa, untuk apa lagi presiden minta telusuri," tuturnya.
Pernyataan SBY yang menyebut Luthfi berbohong di pengadilan menurut Hamdi seharusnya tidak dilakukan. SBY disarankan Hamdi cukup menanggapi tenang saja semua tudingan dan pernyataan Luthfi dipengadilan, hal itu karena Luthfi berada dibawah sumpah persidangan.
Sementara itu Djamaludin Ancok pengamat psikologi sosial dari Universitas Gundharma, Depok, Jawa Barat, mengatakan bahwa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sedang mengalamai kegundahan mental.
Menurut Djamaluddin, Presiden SBY mendapatkan masalah serta serangan bertubi-tubi baik dalam negeri maupun luar negeri. Dari dalam negeri, Djamaludin mencontohkan mulai dari partai politik yang dipimpinnya yang tidak kompak hingga dari lawan politiknya.
"Sehingga serangan seperti itu menjadikan mental serta psikologi beliau tertekan," kata Djamaludin.
Kondisi mental Presiden yang sudah seperti itu, jika mendapatkan serangan lagi dari lawan politiknya akan langsung beraksi keras, seperti ketika dikatakan bahwa Bunda Putri adalah sosok yang sangat dekat dengan Presiden oleh bekas presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Luthfi Hasan Ishaaq ketika menjadi saksi di pengadilan Tipikor, Kamis (10/10/2013).
"Ketika Presiden sedang dalam suasana emosi dan gundah, ia pasti akan bereaksi keras ketika mendengar kabar itu," kata guru besar psikologi sosial di Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu.