TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) Taufik Kurniawan menyindir soal maraknya jajak pendapat yang dilakukan sejumlah lembaga survei dengan mengunggulkan calon Presiden (Capres) jagoannya masing-masing.
"Lembaga survei sepertinya sudah saling klaim Capres sehingga ada penggiringan opini. Pesan saya jadilah Presiden yang terbaik kelak dan jangan jadi presiden karena hasil survei," kata Taufik dalam diskusi soal Kepemimpinan Nasional di gedung DPR/MPR RI Jakarta, Kamis (31/10/2013).
Wakil Ketua DPR RI ini tidak habis pikir bagaimana caranya lembaga survei itu menggiring opini publik memilih Capres tertentu dengan hanya mengandalkan responden 1.000 orang.
"Sementara penduduk Indonesia ratusan juta jumlahnya," kata dia.
Oleh karena itu, Taufik mengingatkan masyarakat Indonesia agar mencari calon pemimpin dengan melihat rekam jejaknya.
"Tahun 2014 ini merupakan momentum kita bersama mencari pemimpin nasional," kata dia.
Di tempat yang sama, Anggota Dewan Pertimbangan Partai Demokrat, Prof. Ahmad Mubarok, berpendapat pemimpin itu bisa dilahirkan oleh sistem dan bisa juga lahir sendiri.
"Dan kebetulan di Indonesia semua pemimpin lahir sendiri. Jadi ini kelemahan sistem," kata dia.
Dia mengakui di Indonesia belum ada sistem untuk mencetak pemimpin. Adapun Konvensi Capres Partai Demokrat untuk menjaring Capres potensial, menurut Mubarok, sudah bagus namun waktunya terlalu pendek.
"Bangsa Indonesia sekarang itu pilihan pemimpinnya ada dua, tokoh muda dan tokoh tua yang dinamis. Maka boleh jadi 2014 dibutuhkan tokoh senior yang arif," kata dia.