TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akhirnya meluncurkan buku terbarunya berjudul "Selalu Ada Pilihan". Peluncuran buku dilakukan di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta Selatan, Jumat (17/1/2014), malam.
Buku setebal 824 halaman itu berisi pengalaman suka duka Presiden SBY selama menjabat Presiden kurun waktu kurang lebih 9 tahun sejak tahun 2004 lalu.
Seperti apa isi buku ini. SBY memulai tulisannya dengan Prakata. Di paragraf kelima SBY yang menulis sendiri buku ini dalam pengalamannya selama menjadi Presiden mengatakan tidak bermaksud menjadikan buku ini bacaan "berat" apalagi karena bukunya cukup tebal.
SBY berusaha membawakan bahasa muda dimengerti dan sederhana. Cukup banyak pula kisah menarik diulas dalam buku ini. Misalnya SBY mengingatkan akan soal hujan fitnah yang sambung menyambung menimpa dirinya, seorang presiden yang merasa sendiri, dan resep bertahan sebagai seorang presiden serta masih banyak lagi kisah-kisah menarik di dalam buku itu.
Misalnya di halaman 137 mengenai tulisan "Musuh Menjadi Semakin Banyak". SBY memulai tulisannya dengan pertanyaan apakah pernah mendengarkan lagu duet dari mendiang Broery Pesolima dan Dewi Yull.
Lagu itu berjudul "Jangan Ada Dusta Diantara Kita" dan masih populer sering dinyanyikan sampai sekarang. SBY mengutip judul lagu itu sebagai bagian dari selorohnya karena sejak menjadi presiden dia diberitahu ada sejumlah pihak yang termasuk diantaranya sahabatnya namun amat kritis dan sering menyerangnya bahkan menjadikannya musuh sampai sekarang.
SBY mengaku mendengar nama-nama dimaksud dari laporan stafnya langsung santai dan tidak terperanjat sebab dia sudah tahu pangkal persoalannya kenapa orang itu memusuhinya. Makanya dia menyebut mengutip lagu itu jangan ada dusta diantara kita.
SBY mengkategorikan beberapa orang/pihak yang selalu kritis terhadapnya. Mulai dari mereka yang kalah di Pemilu dan tidak suka kepadanya karena kehilangan kekuasaan. "Tentu amat logis jika saya dijadikan musuh yang permanen," tulis SBY dalam bukunya.
Musuh SBY lainnya adalah para mantan menteri KIB Jilid I yang kemudian dia tidak angkat lagi dalam pemerintahan periode keduanya setelah terpilih lagi jadi Presiden untuk kedua kalinya dalam Pilpres 2009.
"Sebenarnya tidak semua mereka bersikap demikian. Banyak yang ikhlas dan bisa menerima keadaan meskipun mereka tidak saya ajak kembali (gabung kabinet)," kata SBY.
SBY juga menyebut para menteri yang "di-reshuffle" di tengah jalan ikut memusuhinya. Meskipun tidak semua menteri yang di-reshuffle memusuhinya. SBY mencontohkan Mantan Menteri BUMN Sugiharto dan Mustafa Abubakar yang tetap menjaga hubungan baik dengannya sampai hari ini.
Selain itu, SBY mengatakan ada juga tokoh yang kecewa karena tidak diangkat jadi menteri padahal merasa dirinya paling pantas jadi menteri. "Mereka berasal dari partai saya sendiri (Demokrat) maupun partai lain yang sebenarnya tidak diusulkan oleh partainya," kata SBY.
Demikian pula, SBY mengatakan diam-diam ada juga yang tidak menyukainya karena ada yang ingin menjadi direktur di perusahaan BUMN, ingin menjadi duta besar, gubernur, namun jabatan itu tidak kunjung diperolehnya.
"Pihak lain yang juga tidak menyukai saya adalah mereka yang menganggap saya tidak mau menolongnya ketika yang bersangkutan menghadapi masalah," kata SBY.