Tribunnews.com, Bandung - Proses reformasi Indonesia yang baru berjalan 15 tahun ini dianggap oleh Calon Presiden Konvensi Demokrat Ali Masykur Musa (AMM) belum matang.
Apalagi pada masa transisi sekarang ini, sebagian komponen bangsa masih mempertontonkan perilaku yang tidak sejalan dengan nafas demokrasi.
"Masih adanya gesekan antaretnis, perilaku politik yang semakin transaksional adalah beberapa tanda belum matangnya reformasi demokrasi kita," ujar Cak Ali, panggilan akrabnya, saat berdialog dengan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) di Bandung, Rabu (5/2/2014).
Menurut tokoh muda NU ini, belum matangnya demokrasi disebabkan oleh reformasi politik dan pertumbuhan ekonomi yang begitu cepat tidak diimbangi dengan pemerataan kesejahteraan dan penegakan hukum.
Akibatnya, korupsi menjadi sikap yang mewabah di Indonesia, terbukti 311 Kepala Daerah berurusan dengan Aparat Penegak Hukum.
"Untuk mewujudkan demokrasi yang beradab dan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan, maka prinsip equality before the law dan penegakan hukum tanpa pandang bulu harus di laksanakan. Dengan cara begitu pembangunan ekonomi yang berkeadilan dalam sistem politik berkeadaban dapat di realisir," tegasnya.
Selain mendapatkan bonus demokrasi yang begitu cepat berkembang dan bonus pertumbuhan ekonomi yang mencapai 6,2% pertahun, Indonesia juga dinilai oleh Cak Ali memiliki bonus toleransi sebagai dasar hidup damai dalam kemajemukan.
"Inilah kekuatan Indonesia untuk menjadi negara mercusuar perdamaian dunia. Bonus-bonus tersebut harus kita rawat dan tingkatkan kualitasnya," tandas Capres yang mengusung visi Indonesia Adil, Makmur dan berMartabat ini.
(Aco)