Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah Singapura dinilai berlebihan bila membatalkan undangan kepada Indonesia dalam acara Singappre Airshow. Meskipun pembatalan tersebut merupakan hak pemerintah Singapura.
"Mereka sudah mencampuri urusan dalam negeri itu. Usman dan Harun adalah pahlawan nasional kita. Mereka melakukan tugas dengan baik. Tidak ada yang salah dengan keputusan kita. Saya berharap Pemerintah untuk tidak bergeming," kata Anggota Komisi I DPR Tantowi Yahya ketika dikonfirmasi, Senin (10/2/2014).
Tantowi mengatakan pembatalan tersebut dinilai berlebihan dan membuat situasi semakin tidak kondusif. Padahal, kata Politisi Golkar itu, Singapura lebih membutuhkan Indonesia.
Ia mencontohkan tingkat hunian hotel di Singapura pada akhir pekan ramai diisi oleh warga negara Indonesia.
"Yang borong barang-barang di pusat-pusat perbelanjaan disana siapa? Dalam konteks ini saja mereka membutuhkan kita," tuturnya.
Sebelunya diberitakan, Pejabat Pertahanan Indonesia, termasuk Wakil Menteri Pertahanan Letnan Jenderal (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin, tidak akan menghadiri Singapore Airshow, yang dimulai pada hari Selasa (12/2/2014).
Begitu juga dengan Panglima Angkatan Bersenjata Indonesia Jenderal Moeldoko, Kepala Staf Angkatan Darat Indonesia, Jenderal Budiman, dan Kepala Staf Angkatan Udara Indonesia, Marsekal Ida Bagus Putu Dunia.
Langkah terbaru ini terjadi di tengah pertikaian diplomatik setelah Indonesia memutuskan untuk memberi nama sebuah kapal Angkatan Laut Usman-Harun yang membom sebuah bangunan Orchard Road pada tahun 1965, meninggalkan tiga orang tewas dan 33 orang luka-luka.
Kementerian Pertahanan Singapura (Mindef) dikonfirmasi pada hari Minggu itu diberitahu tentang keputusan oleh petinggi militer Indonesia untuk menarik diri dari kegiatan.