News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Singapura Protes KRI Usman Harun

Penyamaran Usman-Harun Berantakan di Kapal Begama

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Ade Mayasanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto-toro dokumen penyambutan jenazah Pahlawan Nasional Prajurit KKO Usman dan Harun yang namanya akan dijadikan Kapal Perang TNI AL. (Dok Mabes TNI Cilangkap/Wahyu Aji)

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - 

Tiba di Singapura pada 9 Maret 1965 pagi. Djanatin alias Oesman bin Haji Mochammad Ali, Tohir alias Harun bin Said dan Gani bin Arup, menyebar. Mereka memetakan lokasi sabotase yang memiliki dampak psikologis besar bagi masyarakat Singapura.

OPERASI pemetaan Singapura berlangsung hingga malam hari.

Mereka lalu berkumpul di tempat rahasia untuk memetakan pengamatan lokasi sabotase. Hotel Mac Donald yang berada di Orchard Road menjadi bidikan. Hotel ini berada di kota Singapura. Namun, pemetaan lokasi dirasa kurang memuaskan.

Mereka bersepakat untuk kembali ke daerah sasaran untuk melakukan penelitian secara mendalam.

Bahan peledak seberat 12,5 kilogram telah disiapkan. Oesman dan kedua anggota lalu menyusuri hotel tersebut pada malam hari. Mereka tidak langsung menaruh bom di hotel. Situasi hotel yang ramai membuat mereka menahan diri.

Setelah berangsur-angsur sepi, bom lalu diletakkan.

Sekitar pukul 03.07 pagi, bom meledak di Mac Donald. Bom ini membuat kalang kabut penghuni hotel dan toko. Mereka berhamburan, dan berusaha melarikan diri.

Peristiwa ini menyebabkan tiga orang tewas dan 33 orang mengalami luka.

Catatan Drs. Murgiyanto dalam buku bertajuk Usman dan Harun Prajurit, yang dicetak Pustaka Bahari menyebut, ledakan bom menyebabkan 20 toko rusak berat, dan 24 kendaraan sedan hancur.

Pejabat Sementara Menteri Sumber Daya Manusia Singapura Tan Chuan-Jin mengenang peristiwa itu dalam akun Facebook miliknya, pada Jumat 8 Februari 2014 lalu. Ia menyebut, peristiwa 10 Maret 1965 nyaris menewaskan sang ayah.

"Saya mengetahui peristiwa itu sejak kecil, karena ayah saya bekerja di Metal Box dan kantornya berada di MacDonald House. Ayah mengatakan dirinya tidak pernah mengambil cuti, tetapi pada hari itu dirinya tidak masuk kantor. Ketika mendengar berita tersebut, ayah terguncang sekaligus lega karena bom meledak di tempat di mana dirinya biasa berada," tulis Tan.

Murgiyanto membeberkan, usai bom meledak, Usman dan dua anggotanya berada di tengah- tengah hiruk pikuk warga Singapura yang mencoba meloloskan diri dari dampak ledakan bom.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini