Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Dalam mendoktrin seseorang untuk bergabung dengan NII tidak serumit yang dibayangkan. Untuk itu, kenali dua cara berikut supaya kita tidak terjerumus dalam kelompok radikal yang mengatasnamakan agama.
Abu Ridho mantang Panglima Militer NII dalam acara Short Course bertema 'Menekan Kaderisasi Pelaku Terorisme' di Pondok Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Sabtu (22/3/2014) memberikan penjelasan bagaimana mengenali kelompok NII saat akan merekrut orang.
Abu Ridho melemparkan sebuah pertanyaan "Pancasila pandangan hidup bukan?" Lalu disambung lagi dengan sebuah pertanyaan "Islam pandangan hidup bukan?'. Peserta yang mayoritas anak-anak SMA pun cukup kebingungan menjawab dua pertanyaan tersebut. Saat Pancasila dianggap sebagai pandangan hidup, begitu juga dengan islam.
Kemudian pertanyaan tersebut dilanjutkan dengan pertanyaan lain yang membuat kita sulit menjawabnya.
"Bila pancasila merupakan pandangan hidup siapa pancasilais terbaik atau suri tauladannya ada tidak?" tanya Abu Ridho.
Ditengah kebingungan menjawab pertanyaan tersebut dengan mencari suri tauladan orang yang menerapkan Pancasila. Biasanya modus yang dilakukan dengan memberikan penjelasan kebobrokan negara sehingga seoalah apa yang diperjuangkan NII benar.
"Itu dilakukan supaya kita kebingungan. Itu cirinya NII," ujarnya.
Kemudian ada lagi doktrin lainnya yang menafsirkan ayat-ayat Alquran secara sempit terutama supaya umat muslim bisa mengakat senjata. Pemahaman tersebut akan mudah termakan terutama untuk orang-orang yang masih muda yang masih mecari jati diri.
Contoh doktrin lain dikatakan Abu Ridho meskipun seseorang kesehariannya bekerja sebagai pengajar, berdagang, tukang mie, pebisnis jiwanya harus militer.
"Sstiap mukmin harus berjiwa militer. Jadi kalau mukmin tidak berjiwa militer itu bukan mukmin Itu contoh doktrin," ujarnya.
Untuk itu, bagi pelajar dan anak-anak-anak muda harus berhati-hati saat menerima sebuah ajaran agar tidak terjerumus ke dalam kelompok radikal. Hampir 90 persen orang-orang yang dijadikan pelaku bom bunuh diri rata-rata anak muda yang masih berusia dibawah 25 tahun.