TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pedagang di pasar tradisional menjadi sasaran empuk para pengedar uang palsu.
Lihat saja nasib malang yang menimpa Nurhayati, pedagang pakaian di sebuah pasar tradisional, Depok, Jawa Barat.
Tahun ini, dalam dua bulan berturut-turut, sudah dua kali barang dagangannya dibayar dengan uang palsu. Keduanya ialah rupiah palsu pecahan Rp 100.000.
Uang palsu pertama yang Nurhayati dapat mirip dengan yang uang asli. Sedang uang palsu yang kedua, warna merahnya pudar.
“Duitnya kalau diremas malah bangun lagi. Terus enggak ada garis-garis dekat angka 100.000,” ujar dia.
Kejadian pertama terjadi awal Februari 2014 lalu. Saat itu, kebetulan kios miliknya sedang ramai pembeli.
Saking ramainya, ia tidak sempat memeriksa uang pembayaran pakaian yang diberikan oleh para pembeli.
Alhasil, ketika menghitung hasil penjualan hari itu, perempuan berusia 30 tahun ini menemukan selembar uang palsu pecahan Rp 100.000.
Lalu, kejadian kedua Nurhayati alami awal Maret ini. Ketika itu, seorang laki-laki membeli sepotong celana pendek seharga Rp 15.000. Pembeli ini membayar belanjaannya dengan uang pecahan Rp 100.000.
Tanpa rasa curiga, ayah Nurhayati yang kebetulan melayani si pembeli menerima uang tersebut.
“Waktu itu bapak saya yang menerima, duit masuk kantong saja, enggak diperiksa sama dia,” ujar Nurhayati.
Di kawasan perdagangan Tanah Abang, Jakarta, uang palsu juga marak beredar.
Pakan lalu, Upik, pedagang pakaian perempuan di Pasar Jati Baru ikut menjadi korban.
Saat itu, kiosnya tengah ramai pembeli sehingga dia tidak mengecek satu per satu uang yang diterima dari pembeli.