TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Dua murid Sekolah Menengah Luar Biasa Negri (SMLBN) Bagian - A (Tuna Netra), Jakarta Selatan, Novitriyani (27) dan Ikshanegi Ramadhan (19), menjalani Ujian Nasional (UN) hari ini, Senin (14/4/2014).
Sama seperti siswa kelas tiga di sekolah reguler, mereka menghadapi ujian bahasa Indonesia, dengan waktu pengerjaan selama dua jam, dari jam 08.00 WIB - 10.00 WIB. Bedanya, soal yang diberikan pada mereka disusun khusus dengan tingkat kesulitan yang sama, namun dicetak dengan huruf braile.
Mereka hanya berdua menghadapi ujian itu di ruang khusus ujian seluas sekitar 5 X 4 meter, dan di dalam ruangan itu selain mereka berdua, ada juga seorang guru pengawas dan seorang pengawas mandiri dari Universitas Pancasila.
Novi usai ujian kepada wartawan mengaku soal yang dihadapinya agak sulit. Namun ia telah mempersiapkan ujian itu sejak beberapa bulan yang lalu. Ia percaya sebagian besar soal yang disuguhkan hari ini bisa dijawab dengan benar.
"Alhamdullilah bisa, walaupun sulit," katanya.
Kepala sekolah SMLBN bagian A, Jakarta Selatan, Mutia mengatakan Novi dan Ikhsanegi yang akrab dipanggil Egi adalah sebagian penyandang tuna netra yang sekolah di SMLB. Sebagian lagi sudah bergabung dengan sekolah reguler yang berstatus inklusif, yang mampu menerima siswa dengan kebutuhan khusus.
"Peraturannya kedepannya semua harus sekolah inklusif, tapi kan tidak bisa langsung semua masuk sekolah inklusif, harus bertahap," ujarnya.
(NURMULIA REKSO PURNOMO).