News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ketua DPD Pakai Arloji Rolex, Soal Harga Tidak Tahu

Penulis: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ketua DPD yang juga peserta konvensi capres Partai Demokrat, Irman Gusman menjadi nara sumber pada acara uji publik Capres 2014 di Jakarta Pusat, Rabu (26/3/2014). Acara yang diadakan The Habibie Center bekerjasama dengan Hanns Seidel Foundation ini bertemakan mencari pemimpin muda berkualitas pada Pemilu mendatang. TRIBUNNEWS/HERUDIN

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemakaian jam tangan atau arloji oleh pejabat negara dalam dua hari terakhir ini tampaknya cukup sensitif. Ini terjadi setelah arloji  yang dipakai Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko sempat disorot sejumlah media di Singapura awal pekan ini. Konon kabarnya jam tangan tersebut langka dan sangat mahal dengan harga di atas Rp 1 miliar.

Nah di tengah ramainya soal arloji Panglima TNI itu, canda soal arloji ini juga mengemuka saat ialog Kenegaraan bertema ‘Posisi Konvensi Partai Demokrat di Tengah Dinamika Koalisi’ bersama Ketua DPD RI Irman Gusman, pengamat politik UI Effendi Gazali, Wasekjen Demokrat Andi Nurpati, dan direktur eksekutif IndoBarometer Muhammad Qodari di Gedung DPD/MPR RI Jakarta, Rabu (23/4/2014), sore.

Saat itu Qodari guyon bahwa saat sekarang ini pejabat publik kalau mengangkat tangan atau memegang microfon harus menggunakan tangan kanan biar arloji yang ditangan kiri tidak tampak.

"Seperti ini," kata Qodari sambil memegang microfon menggunakan tangan kanan.

Sontak guyon Qodari mengundang tawa puluhan peserta diskusi. Ketua DPD RI Irman Gusman yang duduk di sampingnya nyeletuk. "Ini jam tangan saya. Ini merek apa yah. Ada yang tahu?" tanya Irman.

Peserta diskusi penasaran tapi tidak ada yang menjawab. Irman kemudian menjawab sendiri pertanyaan yang diajukan.
"Ini Rolex, tapi soal harganya tidak tahu. Tidak mahal lah," kata Irman.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini