TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru bicara bakal Calon Wakil Presiden (Cawapres) Jufuf Kalla (JK), Poempida Hidayatulloh mengutuk keras tindakan-tindakan kekerasan terhadap siapa pun di Indonesia ini.
Apalagi tindakan tersebut dilakukan pada saat warga negara sedang melakukan ibadah sesuai dengan agamanya.
Karena itu, Politisi Partai Golkar ini mendesak aparat keamanan dapat segera mengusut dan menangkap pelaku penyerangan umat Katolik yang sedang beribadat Rosario di rumah Julius Felicianus, Direktur Galangpress, di Perumahan YKPN, Tanjungsari, Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Kamis (29/5/2014) malam.
"Hendaknya aparat setempat segera dapat menangkap pelaku dan menegakkan hukum seadil-adilnya agar kehidupan beragama di Indonesia dapat tercapai sesuai dengan amanat UUD 45," kata anggota DPR RI dari fraksi Golkar ini kepada Tribunnews.com, Sabtu (31/5/2014).
Hal senada juga ditegaskan Politisi Golkar Nurul Arifin. Politisi Senayan ini pun mengutuk keras peristiwa penyerangan terhadap warga yang sedang melakukakan ibadah di rumah Direktur Galang Press Julius Felicianus.
Wakil Sekjen Golkar ini tegaskan, tidak dibenarkan sama sekali perilaku penyerangan warga yang sedang beribadah.
"Jangan sampai negara membiarkan perlakuan kekerasan tersebut," tegas Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar ini kepada Tribunnews.com, Sabtu (31/5/2014).
Karena itu, Nurul meminta aparat harus bertindak tegas agar pluralisme di Indonesia tetap terjaga. Hal ini tak lain agar benih-benih intoleransi demikian tidak tumbuh dan peristiwa yang serupa akan kembali terjadi di negeri ini. Sehingga suasana Indonesia ke depan selalu kondusif.
"Negara menjamin kemerdekaan umat beragama. Jangan Biarkan benih intoleransi ini tumbuh dan berkembang di sekitar kita," tegas Nurul.
Sebelumnya diberitakan, terjadi penyerangan terhadap belasan umat Katolik yang sedang beribadat Rosario di rumah Julius Felicianus, Direktur Galangpress, di Perumahan YKPN, Tanjungsari, Desa Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Kamis (29/5/2014).
Selain Julius, Siti Noor Laila, Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) katakan, ada anak kecil menjadi korban. Anak berusia delapan tahun berinisial T itu saat ini sangat trauma dan masih dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta karena disetrum oleh pelaku penyerangan.
"Saat penyerangan, T disetrum di tangannya," ungkap Ketua Komnas HAM, Jumat (30/5/2014).
Laila yang sudah menjenguk para korban penyerangan itu menyatakan saat penyerangan pertama oleh sekelompok orang berjubah dan bercelana congklang itu, T dilindungi oleh bapaknya yang bernama Nur Wahid.
Alat setrum yang digunakan penyerang adalah alat setrum portabel yang saat ini sudah banyak dijual bebas di pasaran. Saat peribadatan, Nur Wahid dan T sedang menunggu istri/ibunya yang sedang beribadah. Penyerang melempari korban dan rumah dengan batu dan pot bunga.
Nur Wahid luka di hidung, kepala bagian belakang bocor, dan tangan luka lecet-lecet. "Secara psikis dia paling parah," kata Laila.
Sebab, saat itu ia pertama kali yang diserang dan berusaha melindungi anaknya serta jemaat lain supaya masuk ke gudang rumah Julius. Nur Wahid juga minta kepada Komnas HAM untuk melindungi keluarganya karena mereka sangat ketakutan akibat kasus itu.
Julius yang diserang juga mengalami luka berat. Yaitu luka robek di kepala dan tulang punggung sebelah kiri patah. Ia juga dirawat di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta.
Karena menyangkut anak di bawah umur, Laila akan menggandeng Komisi Perlindungan Anak Indonesia untuk menyikapi kasus ini. Selain itu untuk perlindungan saksi dan korban ia akan menggandeng Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
"Orang berkeyakinan dan beribadah itu dilindungi konstitusi," kata Laila.
Ia menambahkan cara kekerasan yang dilakukan sekelompok massa itulah yang melanggar hak asasi manusia. Sehingga kasus ini harus dituntaskan oleh penegak hukum, siapa pun pelakunya dan dari organisasi apa pun.